Mohon tunggu...
Agus Subali
Agus Subali Mohon Tunggu... Guru - Penikmat keheningan.

Belajar Untuk Kebaikan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Warisan Macam Apa yang Akan Kita Berikan Kepada Anak Cucu Kita?

27 Agustus 2021   23:31 Diperbarui: 27 Agustus 2021   23:41 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambaran ledakan nuklir yang mematikan (sumber gambar: National Geographic Indonesia)

Namun, ternyata tidak berjalannya evolusi dalam pengendalian emosi. Emosi manusia mayoritas saat ini stagnan. Masih sama dengan manusia zaman goa, manusia primitif. Persis!

Manusia purba akan menghardik kelompok lain yang akan menginap di goanya. Serta mengusir bahkan membunuh kelompok lain untuk mengamankan sumberdaya dan teritorial. Sepertinya kita tidak beranjak dari naluri manusia goa kalau bicara kepemilikan sebuah barang. 

Pengungsi diusir kesana kemari dengan berbagai alasan. Padahal sejatinya mereka membutuhkan uluran tangan sebagai bentuk empati sesama manusia. Goa yang kita tempati seolah haram berbagi dengan lainnya. Kita manusia, selayaknya sudah berevolusi sebagai manusia komunal yang mengunggulkan kebersamaan.

Nasib Anak Cucu

Mereka adalah cerminan kita saat nanti. Tanggung jawab kita harus penuh, mulai detik ini agar kita tidak menanggung dosa masa depan. Budaya atau pelajaran apa yang harusnya kita tanamkan untuk anak cucu nanti?

Pertama; pemahaman kosmik. Bahwa manusia tidak ubahnya spesies lain di muka bumi. Kita sangat tergantung dengan keberadaan makhluk hidup lainnya. Dengan pemahaman itu, akan muncul kesadaran mendalam terkait posisi manusia di muka bumi. Sama semua, hanya sebagai penumpang. Sehingga kelak akan muncul manusia yang ramah terhadap lingkungan.

Kedua; toleransi antar spesies manusia. Tidak ada yang sama dari setiap manusia. Maka kesadaran menghargai perbedaan bisa menjadi alat menciptakan dunia yang rukun. Perbedaan itu hanyalah level dua, sedangkan level pertama adalah kita sama-sama manusia. Manusia harus berfikir di level pertama.

Ketiga; sumberdaya yang ada di dunia tidak selayaknya dimiliki oleh satu golongan. Apalagi oleh satu orang saja. Ini adalah aturan yang cacat ekologis. Jika diberi hak semacam itu maka akan muncul manusia-manusia serakah yang seolah dirinya penguasa dan berhak mengusai serta memiliki semuanya.

Semua manusia punya hak yang sama mengatur jalannya distribusi sumberdaya alam. Dan juga berhak menikmati untuk kesejahteraannya.

Maka di sinilah peran dari pemerintah, memberi aturan yang disepakati bersama agar ada yang diberi wewenang untuk mengatur (bukan menguasai) sumberdaya yang berlaku umum dan universal.

Penguasaan terhadap sungai, laut dan hutan bisa menjadi malapetaka kemanusiaan yang berat. Atas nama nasionalisme atau alasan kemegahan etnis tidak dibenarkan untuk membatasi akses terhadap sumberdaya alam. Karena alam adalah anugerah Tuhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun