Mohon tunggu...
Agus Subali
Agus Subali Mohon Tunggu... Guru - Penikmat keheningan.

Belajar Untuk Kebaikan.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

China Bonceng Afghanistan: Sein Kanan Belok Kiri

25 Agustus 2021   20:44 Diperbarui: 26 Agustus 2021   13:40 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menarik mencermati kondisi Afghanistan yang dinamis dan misterius. Misterius karena semua tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya. Afghanistan dan Taliban nama yang cukup populer di dunia. Sebuah negeri dan kelompok militan yang terkenal karena tekun serta istiqomah dalam konflik. 

Taliban yang sekarang menjadi menguasa Afghanistan, dikenal karena menerapkan hukum Islam garis keras, versi mereka, dengan melakukan banyak pelanggaran terhadap HAM. Namun, saat ini mereka berkolaborasi manis dengan China. Sebuah negara komunis yang pastinya kurang tertarik  berbicara tentang agama apalagi halal haram.

Selain perubahan, yang mendapat label abadi adalah kepentingan. Gambaran   kerjasama Taliban-China, menunjukkan bahwa bukan idiologi, namun kepentingan ekonomi menjadi alat perekat. Merapatnya China ke Taliban, setidaknya sebagai dukungan moril bagi Taliban dan pastinya bisa menjadi kawan di tengah keterkucilan Afghanistan. 

Banyak negara yang menutup kedutaan besarnya dan tidak ada kejelasan kapan dibuka lagi. Hanya kedutaan Besar China dan Rusia yang lampunya masih menyala malam hari dan beroperasi seperti biasa. China dan Afghanistan bukan sahabat yang diikat oleh sejarah dalam rentang waktu yang lama. China berkepentingan  terhadap SDA Afghanistan yang melimpah--seperti emas dan tembaga yang belum digarap maksimal. Dengan industrialisasi China yang massif kebutuhan bahan baku adalah vital. Merapatnya China, sekaligus untuk mengamankan geostrategiknya di kawasan. 

Di pihak lain, Taliban berkepentingan dengan pengakuan pemerintahan. Ibarat simbiosis mutualisme antara burung jalak dan kerbau.

Setelah Taliban menguasai Kabul, Minggu (15/08/2021) banyak ekspatriat hengkang dan cari selamat. Tidak sedikit pula warga negara Afghanistan yang ikutan kabur mencari suaka. Ekonomi lumpuh total. Negara yang APBNnya ditopang dari bantuan luar negeri ini mengalami kantong kosong karena banyak bantuan ekonomi dihentikan. 

Bagi negara donor, tidak akan sudi uang yang diambil dari pajak rakyat diberikan ke sebuah pemerintahan yang memegang rekor melanggar hak-hak azazi manusia. Sebagai contoh Jerman. Dalam setahun menggelontorkan dana sekitar 17 trilyun untuk membantu Afghanistan. Sebuah negara tanpa gerak ekonomi dan berpotensi terjadi perang horisontal menjadi kengerian tersendiri bagi siapapun yang berada di sana.

Saat Amerika memutuskan minggat dari Afghanistan, menunjukkan Amerika lelah dan kalah. Tidak ada ujung dari pendudukan di Afghanistan bagi Amerika. Milyaran dollar dikeluarkan untuk membiayai perang di Afghanistan. Menurut Dephan Amerika yang di lansir BBC News Indonesia (17/08/2021), total pengeluaran militer di Afghanistan antara Oktober 2001-Sept 2019 mencapai US$844 milyar, atau senilai Rp 11.845,8 trilyun. Anggaran sebesar itu kurang lebih sebanding dengan APBN Indonesia selama 6 tahun. Tentara Amerika yang tewas 2.300 dan cedera 20.660 orang. Sedangkan di pihak Afghanistan, menurut misi pendampingan PBB ada 111.000 warga sipil tewas dan cedera.

Strategi China

China melihat peluang dengan hengkangnya Amerika. Mengisi celah yang dihindari banyak negara. Hanya Iran, Rusia dan Pakistan yang sepertinya tertarik. Pakistan adalah salah satu sponsor utama Taliban. Bahkan Inter-Service Militeri Intelligence (ISI) Pakistan berada dibalik kesuksesan strategi Taliban mengepung Kabul.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun