Mohon tunggu...
Agus Subali
Agus Subali Mohon Tunggu... Guru - Penikmat keheningan.

Belajar Untuk Kebaikan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perlombaan Bertahan Hidup di Bulan Kemerdekaan

18 Agustus 2021   18:20 Diperbarui: 18 Agustus 2021   21:55 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

                                                                                                                            Pixabay.com

Jika makna merdeka terbebas dari kolonialisme asing yang menduduki bumi pertiwi maka Indonesia sudah menyatakan merdeka selama 76 tahun. Namun, jika makna merdeka diperluas, mengantarkan menuju masyarakat adil dan makmur sesuai amanat UUD 1945, maka perjuangan bangsa Indonesia masih belum selesai. Masyarakat Indonesia masih terjajah oleh kemiskinan dan ketimpangan sosial.

Pandemi Covid-19 yang saat ini menghajar seluruh dunia, menjadikan ekonomi banyak negara morat-marit sehingga angka kemiskinan semakin besar. Sebagai contoh,  diturunkannya peringkat Indonesia oleh Bank Dunia pada 1 juli 2021, dari negara berpendapatan menengah atas (upper middle income country) ke negara berpendapatan menengah bawah (lower middle income).

Kondisi tersebut adalah sinyal nyata bahwa rakyat indonesia sedang mengalami penurunan kesejahteraan. Nyaris, hanya setahun Indonesia menyandang sebagai negara berpendapatan menengah atas.

Bertahan Hidup

Data BPS tahun 2021 juga menunjukkan angka kemiskinan bertambah menjadi 27,54 juta orang dari tahun sebelumnya 26,42 juta. Sedangkan tahun 2019 angka kemiskinan berada diangka 25,14 juta orang. Peningkatan ini nyata akibat Pandemi Covid-19, mengharuskan pemerintah mengambil kebijakan untuk membatasi pergerakan manusia, berimbas pada penurunan pertumbuhan ekonomi.

Pilihan pemerintah memang ibarat pisau bermata dua. Jika tidak dijalankan pembatasan pergerakan orang, akan menambah daftar jumlah yang terpapar, kalau dijalankan pembatasan, ekonomi akan melambat. Sama-sama tidak enak dan sama-sama menyengsarakan masyarakat.

Bagi masyarakat ekonomi menengah ke atas, pembatasan aktivitas di luar rumah tidak akan berdampak besar pada konsumsi primer rumah tangga. Semisal pemenuhan makan sehari-hari. Dengan kepemilikan tabungan, mereka bisa bertahan. Namun, bagi buruh yang hanya mengandalkan tenaga untuk mendapatkan upah harian, maka kondisi ini sangatlah berat. 

Pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat ekonomi bawah alasannya sederhana; mati karena pandemi atau mati karena kelaparan. Ini bukan dramatisasi, ini kondisi riil yang ada di lapangan.

Bulan Agustus yang biasanya diisi banyak perlombaan, untuk saat ini ditiadakan  karena kekawatiran munculnya cluster baru. Perlombaan yang sesungguhnya dihadapi masyarakat Indonesia saat ini adalah perlombaan bertahan hidup. Dari hari ke hari masyarakat dihadapkan pada perjuangan hidup yang semakin berat. 

Banyak sebenarnya upaya dilakukan pemerintah untuk mengurangi tekanan ekonomi masyarakat miskin. Semisal listrik gratis, bantuan dana tunai 600 ribu, kartu prakerja, subsidi gaji karyawan, BLT usaha mikro kecil dan juga program PKH. Namun, selama pergerakan orang dibatasi maka banyak sektor akan terpukul. Transportasi, perhotelan, pariwisata dan semua sektor swasta akan mengalami tekanan berat. Minimnya perputaran uang berdampak pada PHK massal karyawan perusahaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun