Mohon tunggu...
Agus Subali
Agus Subali Mohon Tunggu... Guru - Penikmat keheningan.

Belajar Untuk Kebaikan.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Pagebluk, Bumi, dan Perubahan Iklim

20 April 2021   11:14 Diperbarui: 6 Agustus 2021   12:00 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: pixabay

Jutaan Homo sapiens tumbang. Predator dominan di planet bumi ini dikalahkan oleh protein aktif (dan juga primitif) yang bernama virus. Melansir data dari laman Worldmeter, hingga Selasa (20/4/2021), ada 142.706.917 kasus terinveksi COVID-19. Sebanyak 3.043.219 meninggal dunia. Pada saat yang sama di Indonesia; kasus terinveksi 1.609.300 orang dan 43.467 dinyatakan meninggal.

Apakah ada kaitan, rusaknya ekosistem Bumi, dengan munculnya pagebluk modern? Menurut ekolog Enric Sala dalam bukunya The Nature of Nature: Why We Need the Wild, jawabannya adalah "Ada". Dimanapun manusia berada, di situlah gangguan ekosistem mulai terjadi. Ekosistem berubah akan berpengaruh pada cara adaptasi semua komponen ekosistem yang ada; tidak terkecuali virus.

Pandemi COVID-19 yang awalnya berasal dari Wuhan, China, menjalar dan menginvasi manusia di seluruh dunia. Kemudahan transportasi seolah melipat  jarak antar manusia, menjadikan virus COVID-19 cepat menyebar, menjalar kemana-mana. Sebuah kondisi potensial yang ikut mempercepat terciptanya pagebluk modern. Dampaknya sungguh kolosal: melumpuhkan perekonomian dunia, membunuh jutaan orang, serta meningkatkan instabilitas di banyak negara.

Menurut Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulayani Indrawati, pandemi COVID-19 telah menyebabkan ekonomi global mengalami kontraksi terburuk dalam 150 tahun terakhir.  Ada 170 dari 192 negara anggota PBB yang masuk ke jurang resesi, termasuk Indonesia. (Kompas ,06/04/2021).

Handmade Disaster

Setiap organisme yang ada di ekosistem bumi punya habitat spesifik. Punya ruang gerak yang khas: Kelelawar punya habitat di goa-goa yang berada di hutan, kijang di sabana, gajah di hutan. Begitu juga dengan virus yang membutuhkan inang untuk hidup. Virus punya habitat yang spesifik juga.

Pembukaan lahan untuk pemukiman, deforestrasi hutan untuk tanaman industri dan juga kebakaran ekosistem hutan gambut berdampak besar pada ketidakseimbangan ekosistem: punahnya spesies, rusaknya siklus hidrologi dan iklim yang berubah. Aktivitas manusia ini akan menggeser habitat hewan atau lebih tepatnya mengusir hewan dari habitat aslinya.

Tidak terkecuali semisal kelelawar, tikus dan primata. Tiga hewan ini menurut penelitian  dianggap sebagai pembawa virus zoonosis--virus pembawa penyakit dari hewan ke manusia. Virus tidak bermasalah jika hidup di tubuh kelelawar atau tikus yang jauh dari pemukiman manusia. Namun dengan semakin merangseknya aktivitas manusia mendekati habitat hewan liar, ditambah dengan pola konsumsi dan perdagangan yang marak terhadap hewan liar. Maka--tidak bisa dihindari--pada akhirnya kontak akan sering terjadi. Dan memang itulah yang terjadi--perpindahan virus dari inang hewan ke inang manusia.

Emisi karbon yang berlebihan telah membuat bumi menghangat--memanas tepatnya. Industrialisasi dan aktivitas pembakaran mesin kendaraan, melepas karbon dioksida ke  angkasa. Zat pollutan ini akan mengumpul dan melapisi lapisan Stratosfer dan memerangkap cahaya matahari. Sehingga cahaya matahari akan memantul kembali ke bumi. Kejadian lebih lanjut; Arktik  dan Antartika mencair dengan kecepatan yang tidak terduga.

National Snow and Ice Data yang di lansir Majalah National Geographic menunjukkan Greenland mencair lebih cepat enam kali lipat sejak tahun 1980-an. Arktik menyusut 3 juta kilometer persegi sepanjang lima tahun terakhir. Kelimpahan air dari es di kutub akan menggenangi perairan seluruh dunia. Muka air laut meninggi, dan terjadi perubahan suhu air laut. Ini akan berpengaruh pula pada  suhu  udara di atasnya. Sedangkan udara adalah salah satu perangkat mesin iklim; ini akan memunculkan perubahan iklim (anomali) di bumi.

Dampak  perubahan iklim secara global tidaklah sederhana: Akan terjadi hujan lebat, panas ekstrim, badai semakin ganas, air laut meninggi dan menenggelamkan pemukiman masyarakat pesisir di seluruh dunia. Terjadilah migrasi manusia dan hewan dari tempat asalnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun