Mohon tunggu...
Agus Subali
Agus Subali Mohon Tunggu... Guru - Penikmat keheningan.

Belajar Untuk Kebaikan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ledakan itu, Awalnya dari Pikiran

30 Maret 2021   06:10 Diperbarui: 30 Maret 2021   06:27 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

                                                                                                                                         

Pikiran dan Kebenaran

Pikiran adalah panglima, karena dari pikiranlah semua tindakan manusia berhulu. Jika pikiran manusia baik, maka tingkah lakunya akan baik. Jika pikirannya tidak baik, maka, tingkah lakunya juga tidak baik. Banyak kesalahpahaman yang terjadi di dunia ini karena asumsi dari pikiran. Semua kejahatan dimulai di pikiran, semua kebaikan dimulai di pikiran

Jangan pernah mengembangkan pikiran negatif untuk menilai orang yang berbeda dengan kita. Karena kita pun juga berbeda kalau dilihat dari sudut orang lain. Sejatinya setiap manusia punya kesamaan mendasar--suka dihargai, suka dicintai, suka diperhatikan atau suka didengarkan.

Apapun sukunya, agamanya, etnisnya, kelompoknya, negaranya, sifat dasar manusia itu sama. Apakah ada manusia di bumi ini yang ingin dicela, dikucilkan, dibenci, diabaikan bahkan dibunuh dengan diledakkan? Jawabannya, tidak ada! Di pedalaman kutub utara yang dingin menggigil, sampai di tengah padang pasir panas membara, sifat manusia sama.

Apa yang kita inginkan dari orang lain, hakekatnya sama juga dengan apa yang ingin orang lain dapatkan dari kita. Hukum timbal balik tersebut harus dijadikan patokan bertingkah laku dalam kehidupan sosial manusia. Inilah aturan moral pertama yang harus dimiliki setiap manusia.

Di dalam bersosialisasi terkadang kita marah ke orang lain, namun sebelum marah dengan kata-kata dan tindakan, berikan waktu buat diri sendiri. Sekedar duduk dan merenung. Kita pertimbangkan, apa dampak marah ketika kita menyemburkannya? Jika kita mampu menimbang untung ruginya maka, manusia akan menjauhi amarah. Itulah pengendalian diri. Kita mengendalikan emosi bukan emosi yang mengendalikan manusia.

Pikiran manusia bisa berubah-ubah. Penilaian kita kepada orang lain bisa jadi karena salah paham. Sehingga, kesimpulan di pikiran bisa salah; menjadikan orang baik seolah jahat, padahal sejatinya tidak. Mulailah mengembangkan sebuah pikiran yang tidak menghakimi, pikiran yang bebas, jernih melihat persoalan dan penuh cinta kasih kepada sesama.

Dalam beridiologi atau beragama, kita boleh mengagungkan nilai kebenaran yang kita anut, boleh saja. Namun jangan sampai menganggap ajaran yang lain salah dan memusuhinya. Perbedaan pilihan--bisa diibaratkan--beda jalan ketika menuju suatu tempat. Beda jalan bukanlah kesesatan. Jika kebenaran dianggap tunggal, dan memaksa orang lain mengikuti jalan kita, itu bukan jalan bijak bersosialisasi. Itu ciri diktator, jika tidak dituruti akan ngamuk dan timbullah banyak kekerasan.

Toleransi

Toleransi adalah menerima perbedaan yang ada di sekitar kita. Toleransi bukanlah sifat lemah, toleransi adalah mulia. Toleransi adalah wujud evolusi kesadaran tertinggi manusia. Tak ada yang mutlak untuk diperjuangakan mati-matian. Di dunia ini penuh dengan fenomena relatif. Bukankah Anda meyakini bahwa malam hari kita melihat bintang? dan yakin bendanya masih ada. Namun, nyatanya kita tidak melihat yang sesungguhnya. Kita hanya melihat masa lalu bintang atau bahkan fosil bintang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun