Ini terjadi beberapa tahun lalu, ketika saya masih duduk di bangku kuliah semester akhir.
Berderu sepeda motor terpacu memecah lalu lintas kota Garut siang hari yang lumayan panas kala itu.
Keringat tak terasa menetes di kening. Roda ban berdecit tertahan rem depan kala saya memperlambat laju sang kuda besi yang segera memasuki gang kecil, pertanda rumah telah dekat.
Di gang sempit nan padat itu, seakan angin surga menabrak di wajah, ku cium aroma wangi menggairahkan. Tak ku duga ternyata gadis manis berperawakan sedang sang empunya. Senyuman manis dan lekukan tubuhnya yang menggoda, seakan mengajak akal sehat dan iman bersandiwara.
"A uih kuliah?"/pulang kuliah?
"Muhun Sin"/iya, Sin
Sindi namanya, berbagai rencana di otak berkecambuk, namun tak terasa sepeda mesin telah sampai di gubuk.
Membuka pintu, lalu ku lempar jaket dan tas kuliah sekenanya.
Rasa lapar dan haus seketika mendera, segera berekspansi ke arah barat beranda. Jejeran mie instan dan buah segar memunculkan ide cemerlang, diolahlah menjadi mie kuah nan pedas dan jus alpukat yang menyegarkan.
Tanpa ancang-ancang, ku lahap sesuap demi sesuap tanpa mengabaikan kenikmatan di setiap tetes kuahnya.
Berganti giliran dengan mangkuk mie yang telah kosong, segelas jus alpukat pun mengisi tenggorokan yang meradang diserang si pesas.