Mohon tunggu...
Agus Salim Jombang
Agus Salim Jombang Mohon Tunggu... Guru - Guru dan Penulis

Hadir untuk selalu belajar.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Status Kita: Berbagi Cerita dan Ceria

6 Agustus 2019   12:54 Diperbarui: 6 Agustus 2019   13:06 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ayo berbagi status cerita dan ceria
Senyummu di wajah saudaramu adalah sedekah
Tentu, mengajak "ngopi" bersama itu lebih berkah
Itulah habituasi Nabiyur Rahmah, teladan hidup bahagia

Pagi ini dini hari. Aku mengantar paket pesanan putra keduaku ~Anib Muslim MS.~ yang sedang studi di Madrasah Tahfiz Al-Quran Al Amien Prenduan Sumenep. Ektimasi jarak tempuh normal dari Surabaya/Sidoarjo 4 jam 12 menit dari jarak 165,8/171 km ~berdasarkan info dari Goole, tentu jika tidak ada gangguan atau hambatan.

Namun jarak tempuh kesana bisa hanya sekitar 3 jam saat kita berangkat tengah malam, baik naik bus atau kendaraan pribadi. Sungguh cepat sekali. Serasa naik "kapuk" yang tertiup angin. Jika tidak tahan pasti akan mabuk kendaraan, seperti mabuk kepayang mencari kekasih yang hilang atau ditinggal kekasih semata wayang. Tidak terbayangkan. Tentu Anda pernah mengalaminya atau mendengar cerita tentangnya!

Terkadang jarak tempuh kesana bisa lebih lama sekitar 6 hingga 7 jam saat kita berangkat setelah subuh, diatas jam 5 pagi. Justru ketika mentari menyapa dan memberi sinarnya, maka perjalanan bisa terhambat. Mengapa? Sebab rakyat jelata, pedagang kaki lima, para pembeli dan pengerak ekonomi kerakyatan berjejal di pasar-pasar tradisonal di sepanjang perjalanan menyusuri Pulau Garam. 

Berjejer pasar dari ujung barat hingga ujung timur Pulau Tiga Lima: Tanah Merah, Galis, Blega, Patemon, Tanjungbumi, Klampis, dan Kwanyar rawan macet setelah subuh. Sehingga jika Anda ingin tidak terjebak macet di Madura jalur selatan, maka upayakan saat subuh sudah melewati kabupaten Bangkalan atau sekalian shalat Subuh di Masjid Jami'/Agung Sampang. In-sya Allah perjalanan Anda dijamin lancar hingga ke ujung paling timur Madura.

Jika kita membaca informasi dari Google tersebut sangat detail, bahkan jarak tiap belokan kanan-kiri tercantum jaraknya. Sungguh Google barbagi ceita dan ceria dengan pemakai jalan. Belum lagi jika ada kemacetan, maka iapun berbagi cerita dan ceria kepada pemakai jalan dengan memberikan jalur alternatif yang harus kita lalui.

Namun secanggih apapun Google, ia adalah alat. Ya alat bantu yang dibuat dan diprogram oleh manusia. Sehingga terkadang bisa mengalami jalan buntu atau tidak mampu menditeksi tempat-tempat tertentu. Bahkan manusia, ciptaan Sang Maha Pencipta pun juga pernah mengalaminya. Mengalami kebuntuan. Anda pernah menggalaminya bukan? Jika tidak, mungkin Anda manusia "Setengah Dewa" (sebagaimana lirik lagu Iwan Fals) atau manusia "Setengah Malaikat."

Oleh karena itu jadikan Google sebagai alat bantu, bukan sebagai satu-satunya pautan hati dan pijakan hati saat kita bepergian. Ingat pepatah atau peribahasa kita "Malu bertanya sesat di jalan!" Sungguh luar biasa, sehingga saat menemui jalan buntu dari bantuan Google, maka jangan malu untuk bertanya jika tersesat di jalan.

Itu pernah menjadi status cerita dan ceria saya.

Kini saya ingin berbagi cerita dan ceria lagi, semoga menjadi inspirasi bagi kita semua. Atau setidaknya sebagai coretan mimpi seorang orangtua. Anib Muslim, Anak keduaku. Ia kini kelas 10 di MTA Al Amien. Alhamdulillah ia bersemangat dan masuk program MAK. Doa dan harapanku, Uminya ~demikian anak-anakku memanggil ibunya,~ serta keluarga semoga mendapatkan ilmu yang bermanfaat untuk dunia dan akhiratnya. Tentu harapan kita demikiana untuk anak-anak kita, termasuk harapan para guru untuk anak didiknya.

Madura, aku titipkan darah keturunanku di pelataranmu untuk mencari ilmu di Pulau Garam. E, bukankah manusia memerlukan garam, termasuk garam kehidupan. Ijtihadku tentang hal ini adalah seperti para ulama Jawa yang pernah menuntut ilmu di Syaikhona Kholil Bangkalan: Kyai Hasyim Asyri (Pendiri NU), Kyai Muhammad Darwis (yang akhirnya berganti nama Kyai Ahmad dahlan, pendiri Muhammadiyah), Kyai Abdul Latif (Kakek Cak Nun), Kyai Romli dan tentu masih banyak lagi. (Baca: iwandst.wordpress.com).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun