Mohon tunggu...
Agus Samsudrajat S
Agus Samsudrajat S Mohon Tunggu... Dosen - Membuat Tapak Jejak Dengan Berpijak Secara Bijak Dimanapun Kaki Beranjak. http://agus34drajat.wordpress.com/

Public Health, Epidemiologi, Kebijakan Kesehatan @Wilayah Timur Khatulistiwa Tapal Batas Indonesia-Malaysia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Evaluasi Gaya Kepemimpinan Demi Masa Depan

2 November 2011   14:02 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:08 2248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Artinya : dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka (As-Syura/42 : 38).

Artinya : Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu[246]. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya (Ali Imran/3 : 159).

[246] Maksudnya: urusan peperangan dan hal-hal duniawiyah lainnya, seperti urusan politik, ekonomi, kemasyarakatan dan lain-lainnya.

Sebagaimana diterangkan dalam surah As-Syura/42 : 38 dan Ali Imran/3 ayat 159. Musyawarah penting karena kepemimpinan berkaitan dengan banyak orang. Melalui musyawarah akan terbangun tradisi keterbukaan, persamaan dan persaudaraan. Perencanaan, organisasi, pengarahan dan pengawasan selalu saja terkait dengan sejumlah orang, maka keterbukaan, persamaan dan persaudaraan akan memback up lancarnya proses manajemen tersebut.

Sebuah visi dan misi organisasi, akan semakin baik bilamana dibangun atas dasar musyawarah, akan semakin sempurna dan akan memperoleh dukungan luas, “sense of belonging and sense of responsibility” karena masyawarah sebagai bagian dari sosialisasi.

Di sisi lain, musyawarah melenyapkan kediktatoran, keakuan dan arogansi yang seringkali menghambat kelancaran proses manajemen Tuhan juga mencontohkan dalam banyak firmannya yang menggunakan kata “Kami” dari pada kata “Aku”. Penggunaan kata “Kami” tersebut adalah pengakuan adanya keterlibatan pihak lain. Musyawarah dapat memperkuat proses transformasi input menjadi output, sesuai penegasan Howard S. Gitlow, dkk (2005:3) yaitu “A process is a collection of interacting components that transform inputs into outputs toward a common aim, called a mission statement. It is the job of management to optimize the entire process toward its aim”.

Menurut konsep Al-Qur’an, sebagimana ditulis oleh Khatib Pahlawan Kayo, bahwa seorang pemimpin harus memilki beberapa persyaratan sebagi berikut :


  1. Beriman dan bertaqwa. (Al-A’raf/7 : 96)
  2. Berilmu pengetahuan. (Al-Mujadilah/58 : 11)
  3. Mampu menyusun perencanaan dan evaluasi. (Al-Hasyr /59: 18)
  4. Memiliki kekuatan mental melaksanakan kegiatan.  (Al-baqarah/2 : 147)
  5. Memilki kesadaran dan tanggung jawab moral, serta mau menerima kritik.  (Ash-Shaf/61:147).


Adapun gaya yang harus dimilki seorang pemimpin dalam melaksanakan tugas kepemimpinannya adalah seperti berikut ini :


  1. Selalu ramah/lemah lembut dan gembira (Ali imran/3 :159)
  2. Menghargai orang lain
  3. mempelajari tindakan perwira yang sukses dan menjadi ahli dalam hubungan antar manusia
  4. Mempelajari bentuk kepribadian yang lain untuk mendapatkan pengetahuan dalam sifat dan kebiasaan manusia
  5. Mengembangkan kebiasaan bekerjasama, baik moral maupun spiritual
  6. Memelihara sikap toleransi (tenggangrasa)
  7. Memperlakukan orang lain seperti kita ingin diperlakukan
  8. Mengetahui bilamana harus terlihat secara resmi sebagai pemimpin dan bilamana harus terlihat sebagai masyarakat, agar kehadirannya tidak mengganggu orang lain dan dirinya sendiri.


Adapun bila diterapkan dalam dunia pendidikan tentang model-model tersebut, sebagimana diunkapkan oleh Agus Dharma:


  1. Model Otokratis, disini seorang kepala sekolah/pemimpin menentukan sendirikebijakan sekolah dan menugaskannya kepda staf tanpa berkonsultasi dengan mereka, kepala sekolah mengarahkan secara rinci dan harus dilaksanakan tanpa pertanyaan.  Dengan model kepemimpinan ini seorang kepala sekolah biasanya selalu percaya diri, tahu persis apa yang harus dilakukan dan memiliki sumber pengaruh yang cukup untuk menggerakkan orang-orangnya. Namun model ini biasanya selalu mengekang staf baik tata laksana maupun dewan guru.
  2. Model Permisif, kepala sekolah/pemimpin beranggapan bahwa semua orang pada prinsipnya terlahir bertanggungjawab dan memiliki kemampuan untuk melaksanakan kewajibannya. Kepala sekolah membiarkan stafnya untuk melakukan pekerjaannya sendiri tapi jika digunakan tanpa aturan akan timbul ketidak seimbanagan yang tidak kondusif di sekolah tersebut.  Sisi baiknya setiap staf dipacu untuk berinisiatif dan berkarya sendiri tanpa campur tangan kepala sekolah. Namun hal ini tidak semua benar dan hanya berlaku bagi guru yang berpengalaman dan profesional.
  3. Model Partisipatif, kepala sekolah/pemimpin selalu melibatkan stafnya dalam memutuskan suatu perencanaan, semua keputusan telah dimusyawarahkan terlebih dahulu bahkan siswapun diajak turut serta.Kebaikan dari sifat ini, jika terjadi kegagalan bukan sepenuhnya ditanggung pimpinan, naumun ditanggung bersama.
  4. Model Situasional, seorang kepala/pemimpin sekolah dalam model ini, harus melihat situasi dan kondisi waktu sebuah keputusan harus diambil. Model i ni dapat dikataakan memadukan dari model-model sebelumnya.  Jika diterapkan pada kondisi yang tepat maka dapat memotivasi bawahannya untuk bekerja keras untuk mencapau suatu tujuan.


Dalam teori kepemimpinan terdapat model : taylor, Mayo, Iowa, Ohio dan Michigan. Yang dianggap sebagai teori klasik. Dan dalam teori kepemimpinan modern terdapat model yang dikemukakan Likert, Redin. Ditambah pula dengan munculnya kepemimpinan kharismatik, visioner, transaksional dan kerja tim (team work).

Model kepemimpinan yang baik untuk diterapkan di lembaga pendidikan adalah kepemimpinan situasional, karena yang dipimpin dan produknya adalah benda hidup yang bernama anak didik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun