Mohon tunggu...
Agus Puguh Santosa
Agus Puguh Santosa Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Indonesia

Menulis adalah jalan mengenal sesama dan semesta.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Cinta seperti Sitti Nurbaya, Masih Adakah di Zaman yang "Katanya" Edan Ini?

31 Mei 2021   15:17 Diperbarui: 31 Mei 2021   21:28 487
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Perjodohan di Korea (sumber foto: https://www.popbela.com/relationship/married/dinalathifa/negara-yang-masih-menganut-perjodohan/2)

Kisah Sitti Nurbaya tentu sangat populer pada zamannya. Bagi mereka-mereka yang saat ini telah berusia 30 tahun ke atas, fenomena "kawin paksa" yang dialami Sitti Nurbaya dalam kisah novel lawas bertajuk "Kasih Tak Sampai".

Sitti Nurbaya "tidak" Dijodohkan!

Apa yang dialami Sitti Nurbaya menurut novel tersebut tentu akan menjadi pengalaman yang tragis dan memilukan jika seandainya masih harus dialami oleh kaum wanita di zaman milenial ini.

Namun tak bisa dipungkiri, perkawinan yang dilatarbelakangi oleh kepentingan "bisnis" tentu masih saja ada dan akan terus berlangsung sampai kapan pun. Tentu keberadaannya tidak akan diceritakan atau dikisahkan seperti pengalaman Sitti Nurbaya dalam novel karya Marah Rusli itu.

Hanya saja situasi dan latar belakangnya memang tidak sama persis dengan apa yang terjadi di antara Sitti Nurbaya dan Datuk Meringgih pada zamannya. Meskipun Sitti Nurbaya tidak mencintai calon suaminya, namun toh perkawinan itu tetap harus dilangsungkan, karena rasa hormat dan bakti Sitti Nurbaya kepada keluarganya, teristimewa kepada Ayahandanya.

Sebagian orang berpendapat bahwa Sitti Nurbaya "dijodohkan" dengan paksa oleh keluarganya agar mau menikah dengan seorang saudagar kaya raya bernama Datuk Meringgih.

Ada pula yang setelah membaca novel ini dengan baik kemudian menafsirkan bahwa meskipun tidak pernah jatuh cinta kepada Datuk Meringgih, namun perjodohan itu terjadi karena wujud bakti Sitti Nurbaya yang rela mengorbankan dirinya untuk membela nama baik keluarga.

Justru dalam situasi itu hadir pribadi lain bernama Samsulbahri yang berhasil "menawan" hati Sitti Nurbaya. Cinta terlarang di antara keduanya inilah yang kemudian diangkat menjadi judul tema novel ini, "Kasih Tak Sampai".

Lain Dulu Lain Sekarang, Lain Perjodohan Lain Keinginan

Tentu budaya perjodohan yang digagas oleh keluarga-keluarga zaman dahulu ada latar belakang dan pertimbangan yang mendasarinya. Pada masa itu kedudukan kaum wanita masih belum setara dengan kaum pria. Bahkan ada pandangan bahwa kaum wanita adalah warga kelas dua yang kedudukannya setingkat lebih rendah dari kaum pria.

Pandangan ini jelas dipengaruhi oleh keterbatasan kaum wanita mengenyam bangku sekolah di zamannya. Sehingga situasi ini kemudian terkesan dimanfaatkan oleh pihak keluarga yang memiliki anak gadis dan lalu menjodohkannya dengan pria yang telah dianggap dewasa dan mapan.

Alasannya sederhana saja, keluarga-keluarga tersebut sangat berharap agar anak gadisnya kelak dapat hidup bahagia dan sejahtera, lahir dan batin dalam bahtera rumah tangga yang dibinanya bersama pria pilihan keluarganya.

Zaman terus bergulir. Setelah adanya pemerataan kesempatan untuk menempuh pendidikan di bangku sekolah bagi kaum wanita; maka konsep perjodohan ini kemudian mengalami pergeseran makna dan konsep penerapannya.

Keluarga-keluarga yang mempunyai anak gadis dengan pendidikan yang tinggi cenderung akan mencari pria yang cukup berharta. Dan untuk melakukan seleksi, biasanya keluarga-keluarga tersebut menetapkan sejumlah "mahar" yang harus dipenuhi oleh calon menantunya.

Jika mahar dapat dipenuhi, kemungkinan perkawinan akan segera digelar sesuai dengan tanggal dan kesepakatan yang sudah ditentukan oleh kedua belah pihak.

Di sini perjodohan yang demikian tidak selalu memedulikan perasaan cinta yang dimiliki oleh masing-masing pihak yang akan dinikahkan. Meskipun ke depannya selalu ada peluang bagi keduanya untuk saling mencintai dalam bingkai perjalanan waktu yang diarungi bersama; namun tidak sedikit pula perjodohan yang demikian berakhir dengan perceraian atau perpisahan. Bahkan ada yang harus berpisah tatkala usia pernikahan masih seumur jagung!

Ketika seorang wanita yang memiliki pendidikan tinggi hendak mencari pasangan hidup dengan kriteria tertentu; terkadang jodoh yang diharapkannya tak kunjung tiba untuk sekian waktu lamanya. Akibatnya si wanita tadi harus melajang hingga waktu yang tak dapat dipastikan. Di satu sisi keinginannya untuk hidup berumah tangga begitu besar, namun di sisi lain dirinya tak berdaya untuk melawan keinginan kedua orang tua yang sudah menyekolahkannya tinggi-tinggi.

Kondisinya ada jauh berbeda dengan para pria, yang cenderung "lebih bebas" menentukan pilihan dan jodohnya. Meskipun perjodohan masih mungkin terjadi, akan tetapi sebagian pria di zaman yang semakin modern ini berani keluar dari zona nyamannya. Bahkan tidak sedikit yang berani "minggat" demi wanita yang diimpikannya!

Sehingga pada akhirnya cinta seperti Sitti Nurbaya, masih akan tetap ada di zaman yang 'katanya" edan ini. Dan pengalaman demikian mungkin pernah menjadi bagian dari cerita hidup Anda, atau teman Anda, atau salah satu anggota keluarga Anda; meskipun mereka jelas-jelas bukan si Sitti Nurbaya!

Banjarmasin, 31 Mei 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun