Mohon tunggu...
Agus Puguh Santosa
Agus Puguh Santosa Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Indonesia

Menulis adalah jalan mengenal sesama dan semesta.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mirip Kisah di Negeri Antah-Berantah: Tak Terkena "Honyaku", Tak Sesuai Angka Keramat Jawa

17 Mei 2021   19:49 Diperbarui: 17 Mei 2021   19:57 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang Pemimpi di Usia 25 (Sumber foto: https://pixabay.com/)

Dari satu Tugas Akhir menuju Tugas Akhir lainnya. Dari satu Skripsi ke Skripsi selanjutnya. Otomatis pengetahuan dan wawasan saya bertambah dengan aneka ilmu pengetahuan yang saya pelajari secara cepat dan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.

Sebuah kebanggaan membuncah di dada, manakala saya mendapatkan kabar gembira dari mereka satu per satu. Kabar yang menyebutkan Tugas Akhir atau Skripsi mereka dinyatakan lulus dan mereka diperbolehkan wisuda Sarjana atau Diploma.

Jika seandainya pada tahun 1997 itu saya langsung melanjutkan studi ke bangku kuliah, barangkali pengalaman di atas tidak akan pernah saya alami.

Bukan Honyaku, Juga Tak Sesuai Angka Keramat Jawa

'Honyaku' adalah istilah untuk umur atau usia yang dianggap sial di negara Jepang. Untuk kaum laki-laki, honyaku-nya adalah umur 25, 42, dan 61. Sedangkan untuk kaum perempuan, usia sialnya jatuh pada umur 19, 33, dan 37. Yang pasti, menurut kepercayaan di negara Sakura tersebut, pada umur-umur tersebut seseorang akan mengalami kesialan yang tak kunjung berakhir sepanjang tahun.

Ternyata 'honyaku' versi Jepang di atas tidak berlaku dalam pengalaman saya kala berusia 25 tahun. Saya malah merasa beruntung dengan segala pengalaman yang saya alami ketika itu. Justru di usia 25 tahun ini saya menimba banyak ilmu dan pengalaman baru yang belum saya dapatkan di tahun-tahun sebelumnya.

Jika ditilik dari perhitungan angka keramat Jawa, maka usia 25 tahun ini dikategorikan sebagai usia dimana pada umumnya kaum laki-laki atau kaum perempuan akan menikah dengan jodohnya.

Namun saya sendiri justru pada usia tersebut sedang getol-getolnya menimba ilmu dan pengalaman hidup sebagai bekal bagi hidup rumah tangga saya di kemudian hari.

Saya pribadi berkeyakinan, sebuah keluarga bahagia akan dapat tercipta bilamana masing-masing pribadi yang melangsungkan pernikahan telah memperoleh bekal yang cukup bagi hidup rumah tangga mereka. Bekal di sini tidak sekedar soal harta benda atau pekerjaan yang bagus, namun juga kemampuan untuk mengolah perasaan dan hidup yang dijalani agar menjadi lebih berarti dan bermakna.

Dan sudah menjadi rahasia umum, banyak keluarga-keluarga muda yang rentan mengalami keretakan manakala baru mulai menjalani bahtera rumah tangganya; bahkan ada sebagian yang harus bubar di tengah jalan karena masing-masing pribadi belum dewasa dan tidak mampu menyikapi permasalahan hidup yang ada secara dewasa.

Yang pasti, selama saya menjalani hari-hari saya di usia 25 tahun itu, saya menjalaninya dengan senang hati. Menikmati setiap perjalanan sebagai sebuah pengalaman hidup yang berkesan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun