Mohon tunggu...
Agus Puguh Santosa
Agus Puguh Santosa Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Indonesia

Menulis adalah jalan mengenal sesama dan semesta.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tip Memilih Sekolah atau Kampus: Cobalah Cara ala "Bajak Laut" Memandang Lautan Luas!

12 Januari 2021   00:05 Diperbarui: 12 Januari 2021   00:43 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cobalah Cara ala "Bajak Laut" Memandang Lautan Luas! (Sumber foto:https://celebrity.okezone.com)

Di awal tahun 2021 ini, lagi-lagi saya akan berbagi kisah dan pengalaman mengenai tips yang bisa kita terapkan saat pilih sekolah kampus. Tentu sudah menjadi rahasia umum, bahwa secara normatif para siswa atau calon mahasiswa akan memilih sekolah atau kampus berdasarkan label "favorit" atau "tidak favorit"!

Saya pun sejak kecil pernah terjebak dalam fenomena tersebut. Dengan mindset jika kita melanjutkan studi di sekolah atau kampus favorit, maka ada semacam "jaminan" yang bisa kita pegang bahwa di masa depan kita pasti sukses dan berhasil!

Apakah mindset demikian masih berlaku untuk zaman sekarang ini, ketika raksasa yang bernama "teknologi digital" mulai bangkit, dan kian hari kian memperbesar ukuran tubuhnya seraya memperluas wilayah jajahannya dalam kehidupan manusia?!

Memang terkadang mindset yang berpendapat bahwa sekolah atau kampus favorit akan memberikan jaminan masa depan yang pasti sukses bagi siswa atau mahasiswa bisa dibuktikan kebenarannya. Artinya bisa dijalani dan diwujudkan dalam kenyataan. Namun pertanyaan berikutnya yang akan mengiringi adalah: "Apakah mindset tersebut adalah "harga mati" yang tidak bisa ditawar-tawar lagi?"

Logika sederhananya seperti ini, ada sebagian orang tua yang berpendapat bahwa ketika anak-anak mereka melanjutkan pendidikannya di sekolah atau kampus yang tidak favorit, maka masa depannya tidak akan terjamin. Bahkan sampai ada yang meyakini bahwa anaknya nanti tidak bisa berhasil seperti anak-anak lainnya.

Dalam realitasnya, soal keberhasilkan dalam hidup pun sebenarnya sifatnya relatif saja. Tidak ada patokan tertentu yang bisa menjadi indikasi bahwa seseorang bisa dikatakan berhasil meraih masa depannya, atau justru gagal. Karena soal berhasil maupun gagal ini pun bagi setiap orang akan mempunyai ukuran yang relatif tidak sama.

Bila si A berpendapat bahwa memiliki sebuah mobil dan rumah adalah ukuran untuk dapat diakui sebagai orang yang berhasil; maka bisa jadi si B akan menuntut yang lebih atau justru kurang dari ukuran tersebut. Benar, bukan?

Saya pribadi dulu awalnya juga tidak berkesempatan untuk menempuh bangku kuliah pada zamannya. Manakala sahabat-sahabat saya banyak yang mendaftarkan diri di kampus-kampus favorit atau pilihan mereka, saya pribadi justru harus rela untuk istirahat dahulu karena ketiadaan biaya untuk melanjutkan studi di kampus yang saya idam-idamkan.

Sempat saya menerima tawaran beasiswa untuk mengikuti pendidikan diploma di Kota Yogyakarta, namun lagi-lagi karena terbentur masalah biaya, maka tawaran tersebut akhirnya tidak saya manfaatkan.

Dan akhirnya saya pun mulai belajar untuk bekerja selepas lulus dari salah satu SMA favorit di Kota Denpasar. Di tempat kerja itulah saya mendapatkan kesempatan untuk mempelajari komputer secara intens sembari mengumpulkan uang. Apakah setelah saya berhasil mengumpulkan uang, lalu saya langsung mendaftar kuliah?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun