Mohon tunggu...
Agus Puguh Santosa
Agus Puguh Santosa Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Indonesia

Menulis adalah jalan mengenal sesama dan semesta.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Belajar Makna Keindonesiaan dari Rama Kanjeng

28 September 2020   01:47 Diperbarui: 28 September 2020   02:23 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto : merdeka.com

Sebab setelah 50 tahun mendapat anugerah pengakuan ini, Gereja Katolik Indonesia pantas berefleksi untuk merenungkan perjalanannya di bumi Nusantara, demi memacu kemandirian sebagai Gereja Indonesia dalam segala segi kehidupan menggereja di tanah air tercinta ini. Dan keberhasilan tersebut tentu tak dapat dilepaskan dari peran seorang Rama Kanjeng.

Mungkin tak banyak orang yang tahu, selama tahun 1944 hingga tahun 1952, ada 23 imam diosesan yang ditahbiskan. 

Dari ke-23 orang imam tersebut, 15 orang diantaranya adalah imam diosesan untuk Vikariat Apostolik Semarang, 3 orang untuk Prefektur Apostolik Batavia dan 1 orang untuk Vikariat Apostolik Papua yang kala itu berkedudukan di Amboina, 1 orang untuk Prefektur Apostolik Manado, 1 orang untuk Prefektur Apostolik Makassar, 1 orang untuk Prefektur Apostolik Purwokerto dan 1 orang untuk Prefektur Apostolik Bandung.

Seperti apa yang tertulis dalam buku Biografi Mgr. Willekens, SJ karya Paulus Widyawan Widhiasta, tanggal 8 Desember 1941 Jepang menyatakan perang melawan Amerika dan sekutunya termasuk Belanda. 

Hal ini kemudian menjadikan Indonesia sebagai kawasan medan peperangan. Pada masa pendudukan Jepang pendidikan imam diosesan mengalami hari bersejarah yang terjadi pada tanggal 26 Juli 1942. Saat itu di Gereja Santo Yusuf Bintaran dilangsungkan tahbisan 4 orang imam angkatan pertama dari Seminari Tinggi St. Paulus Yogyakarta. Tahun berikutnya, tepatnya pada tanggal 13 Desember 1943, dilangsungkan tahbisan angkatan kedua di Muntilan.

Berbagai macam jenis kekejaman tentara Jepang dan pengisapan yang dilakukannya, banyak disebutkan dalam kisah-kisah sejarah. Termasuk didalamnya adalah dengan dikeluarkannya kebijakan-kebijakan khusus yang pengaruhnya sangat terasa bagi kehidupan menggereja. Mgr. Soegija pun kemudian melakukan usaha-usaha untuk menghindari penguasaan oleh tentara Jepang. 

Beragam tindakan yang sifatnya resmi maupun spontan dilakukan sebagai sebuah bentuk perlawanan, demikian dikisahkan dalam penjelasan Rm. Budi Subanar, SJ dalam buku Biografi Mgr. Albertus Soegijapranata yang ditulisnya.

Pater J.W.M. Boelaars, OFM Cap dalam buku "Indonesianisasi" juga menyebutkan fakta selama masa penjajahan Jepang, Gereja Katolik mengalami krisis yang berat. Para misionaris Belanda hampir semua ditahan dan para misionaris Jerman dibebaskan. Di semua bagian wilayah, kecuali di pantai selatan New Guinea, para imam, bruder dan suster ditangkap dan diinternir. Penjajah Jepang disamping menuntut penyerahan secara politik, juga menuntut ketaatan terhadap Tenno -- Kaisar Jepang; maka umat Katolik pun dicurigai dan diawasi oleh Kempetai (Dinas Rahasia Jepang).

Menurut Pater Booelars, Uskup Maluku -- New Guinea Mgr. J. Aerts, MSC beserta 13 imam mendapat tuduhan palsu seolah-olah memiliki senjata. Tanpa ampun, mereka semua dibantai tentara Jepang pada tanggal 30 Juli 1942. Hanya Uskup Batavia Mgr. P.J. Willekens, SJ dan Uskup Ende Mgr. H. Leven, SVD yang tidak ditahan oleh tentara Jepang.

Sedangkan uskup, para imam, suster dan bruder asli Indonesia, yakni Mgr. Soegija bersama 19 orang imam, 60 orang bruder dan 206 orang suster juga tidak ditahan Jepang. Akan tetapi medan karya mereka semua terlampau luas, 14 orang imam berkarya di tanah Jawa, 2 orang imam di Flores, 2 orang imam di pulau Kalimantan dan 1 orang imam bertugas di Pulau Bangka. 

Umat beriman Katolik di seluruh Pulau Sumatera, Kalimantan Timur, Kepulauan Kei, Kepulauan Tanimbar dan Pulau Timor tidak mendapatkan pelayanan selama empat tahun. Dalam situasi darurat seperti itu, para guru dan katekis harus berperan melayani umat secara mandiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun