Mohon tunggu...
Agus Puguh Santosa
Agus Puguh Santosa Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Indonesia

Menulis adalah jalan mengenal sesama dan semesta.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Belajar Makna Keindonesiaan dari Rama Kanjeng

28 September 2020   01:47 Diperbarui: 28 September 2020   02:23 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto : merdeka.com

Mengutip penuturan Garin, apa yang ditampilkan oleh film ini adalah tatanan nilai kemanusiaan universal dan itu diambil dari sebuah oase perjalanan seorang manusia dan perjuangannya dari seorang tokoh Katolik bernama Mgr. Soegijapranata, SJ. "Di tengah situasi bangsa yang kini tengah dirobek oleh kepentingan kelompok tertentu, film Soegija lalu menawarkan rajutan nilai ketokohan bagi pembangunan jati diri bangsa yang mencintai dan menghidupi kebhinekaan."

Pemeran tokoh Soegija -- Nirwan Dewanto dalam wawancara dengan salah satu media mengungkapkan kekagumannya pada Mgr. Soegijapranata. "Soegija berani menegaskan kepada umatnya, menjadi Katolik itu adalah menjadi seratus persen republik," tuturnya. 

Lebih lanjut Nirwan Dewanto menjelaskan bahwa uskup adalah seorang agamawan, seorang intelektual. Nirwan kagum pada tokoh Soegija yang diperankannya karena dalam situasi zamannya, Soegija berani mengambil keputusan politik. 

"Hanya dengan sebuah pemberitahuan kepada para Imam Katolik di Jakarta, Soegija memindahkan Keuskupan dari Semarang ke Yogyakarta. Itu tidak ada alasan lain, kecuali menegaskan dukungan bagi Republik Indonesia."

Pada masa itu, salah satu negara dari sebagian kecil negara di dunia internasional yang mengakui kemerdekaan Republik Indonesia adalah Vatikan. 

Dan itu adalah usaha Soegija. Kenapa pada waktu itu Soegija pro-republik? Jawabannya adalah karena Soegija sedang berusaha keras menjawab bahwa Katolik itu bukan Belanda! Nirwan menambahkan, "Karakter Soegija dalam film ini dibangun dari pemikiran Soegija, dari tulisan-tulisannya. Bahkan dialog dalam skrip juga disarikan dari berbagai naskah karya Soegija."

Film yang melibatkan tak kurang dari 2.775 orang pemain ini, dapat mengajak kita untuk belajar tentang makna keindonesiaan dengan lebih baik. Hal tersebut dapat kita saksikan bersama dalam adegan-adegan yang tampil dari detik ke detik, hingga film berakhir pada durasi 116 menit. 

Meskipun syuting hanya berlangsung selama sebulan, namun berbagai scene yang berusaha ditampilkan dalam film benar-benar mampu menghipnotis para penonton untuk tetap bertahan di kursi duduknya. Syuting film ini mengambil lokasi di kota Semarang, Magelang, Ambarawa, dan Klaten.

Kamus Besar Bahasa Indonesia menyatakan bahwa ungkapan "keindonesiaan" atau "indonesianisasi" bermakna sebagai proses atau tindakan atau cara untuk menjadikan sesuatu sungguh bersifat Indonesia. 

Dalam film Soegija, ada banyak adegan yang menyiratkan maksud ini. Misalnya saja ketika seorang komandan pasukan tentara republik bernama Lantip (Rukman Rosadi) tampil dengan suara menggelegar dan berapi-api mengumumkan bahwa Indonesia telah merdeka. 

Adegan berlanjut dengan iring-iringan barisan pemuda dengan mengibas-ngibaskan bendera merah putih yang ada di genggaman masing-masing; dalam iringan lagu "Rasa Sayange." Nuansa keindonesiaan juga tampak jelas dari wajah para pemain yang mendukung film ini yang mewakili suku-suku yang ada di kepulauan Nusantara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun