Mohon tunggu...
Agus Puguh Santosa
Agus Puguh Santosa Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Indonesia

Menulis adalah jalan mengenal sesama dan semesta.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Fiksi Ramadan] Menyongsong Fajar di Alam Roh

23 Mei 2020   22:45 Diperbarui: 23 Mei 2020   22:37 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Brigjend. H. Hassan Basry (tengah) Diapit Barisan Pejuang Kalimantan (Sumber foto: https://www.suarakalimantan.com/ ) 

"Aduh Lehman, ikam pasti sudah lelah banar. Belum mau tidurkah?" tanya Mama Lehman kepada anaknya yang sudah terduduk diam di samping Abah.

 Lehman hanya menggeleng. Dia segera mengambil secangkir teh dan sepiring kecil kelelepon. Dengan lahap Lehman menikmati kudapan yang tersaji. Sampai di suatu ketika dia kembali bertanya, "Bah, kata teman-teman di sekolah, Desa Alam Roh itu mistis ya?"

Abah termenung sesaat, kemudian menjawab, "Di zaman perang kemerdekaan, Desa Alam Roh itu dijadikan markas pejuang Kalimantan Selatan. Di desa itu para pejuang, termasuk Datu ikam, ikut berlatih perang dan menyusun taktik melawan Walanda. Siang malam tentara pejuang itu berkumpul di Desa Alam Roh."

"Lalu Bah, kayapa lanjutan kisahnya?" Lehman kian penasaran.

"Zaman perang itu, para pejuang kita sulit melakukan rapat dan menyusun strategi perang di desa-desa yang ramai dihuni penduduk. Karena tentara Walanda itu rajin patroli kemana-mana. Di zaman itu juga ada warga kita yang menjadi mata-mata Walanda. Jadi akhirnya Desa Alam Roh dipilih untuk dijadikan markas para pejuang Kalimantan; karena desa itu sepi dan lokasinya jauh dari mana-mana. Bahkan sampai sekarang Desa Alam Roh masih sangat sepi, di sekitarnya ditumbuhi hutan dan semak belukar." Papar Abah Lehman melanjutkan kisahnya.

"Agar Desa Alam Roh aman dari jangkauan tentara Walanda, oleh penduduk di situ kemudian dimintakan jampi-jampi dari para ulama di Kota Martapura. Menurut kisah Kai Ali kepada Abah, di empat arah penjuru desa itu ditanami empat jimat yang kegunaannya untuk 'menipu mata' para tentara Walanda dan mata-matanya."

Tiba-tiba Lehman menyampaikan pertanyaan berikutnya, "Kayapa bila sampai ada tentara Walanda dan mata-matanya masuk ke Desa Alam Roh?"

"Ujar Kai Ali, tentara Walanda dan mata-matanya yang mencoba masuk ke Desa Alam Roh akan meninggal semua. Dan hal itu diyakini karena terkena jampi-jampi empat jimat sakti yang ditanam di Desa Alam Roh," kata Mama Lehman berusaha menjawab rasa penasaran anaknya.

"Bujur, Nak ai. Para pejuang kita pada zaman itu dipimpin Datu Hassan Basry. Banyak dari tentara pejuang Kalimantan yang sakti dan kebal peluru. Datu Hassan Basry juga dikenal sakti. Karena Desa Alam Roh dikelilingi oleh hutan lebat, maka sudah pasti banyak nyamuknya. Oleh beliau kemudian ditancapkan sebilah kayu; dan ajaib sekali, tidak ada nyamuk yang berani masuk ke Desa Alam Roh!" kisah Abah Lehman di saat yang lain.

Lehman dengan hikmat mendengarkan penuturan kedua orang tuanya. Dalam benaknya sedikit banyak dapat terbayang peristiwa demi peristiwa yang disampaikan kepadanya malam itu.

"Abah dan Mama, tadi sewaktu di Desa Alam Roh, Kai Ali juga bercerita tentang rumah Bubungan Tinggi yang ada di sana. Kata Kai, rumah itu dulu dipakai para pejuang untuk rapat dan menyusun taktik perang melawan tentara Walanda. Tadi Lehman juga melihat koleksi senjata dan baju berajah yang ada tulisan Arabnya. Ujar Kai itu semua adalah milik para pejuang Kalimantan." Kisah Lehman menuturkan pengalaman kunjungannya siang tadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun