Mohon tunggu...
Sri Sayekti
Sri Sayekti Mohon Tunggu... Guru - Tertarik dengan literasi

Lahir di Malang

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

1 Oktober 1965

1 Oktober 2021   20:06 Diperbarui: 1 Oktober 2021   20:09 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

1 Oktober 1965

Duka menyayat membayang
Darah masih anyir melintas Indra penciuman
Aroma kelam menari di pelupuk mata
Isak tangis, air mata, jeritan masih terdengar

Semalam, tak seperti biasa
Suasana sunyi, sunyi sesunyi kerkhof di bawah temaram
Penjaga malam tak nampak hilir mudik
Hanya bunyi jangkrik dan lolong anjing pemburu babi hutan

Tiga puluh September, lima puluh enam tahun silam
Negeriku di ambang perpecahan
Kesatuan mulai tercabik oleh faham tak seirama Dasar Negara
Tentara jadi sasaran
Pemerintah pun diincar
Menggulingkannya, itu target mereka

Ah....sejarah kelam
Tak mau mengingatnya lagi
Tapi anak cucu harus paham cerita suram negeri ini
Agar mereka tak mudah terjebak dalam situasi yang sama seperti lima puluh tahun silam

Pancasila, sakti
Pemersatu negeri

1 Oktober 2021, Malang

_Agun Sayekti_1 Oktober 1965

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun