Mohon tunggu...
Agung Webe
Agung Webe Mohon Tunggu... Penulis - Penulis buku tema-tema pengembangan potensi diri

Buku baru saya: GOD | Novel baru saya: DEWA RUCI | Menulis bagi saya merupakan perjalanan mengukir sejarah yang akan diwariskan tanpa pernah punah. Profil lengkap saya di http://ruangdiri.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Master of Abundance

9 Mei 2012   02:13 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:31 434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13365295801094892899

Keberlimpahan merupakan topik menarik sepanjang hidup. Siapa yang tidak ingin hidupnya berlimpah? Siapa yang senang dengan kemiskinan dirinya? Keberlimpahan kemudian sangat dikaitkan dengan kekayaan. Sukses dalam usaha, bisnis, pekerjaan, dan tumpukan materi semakin membubung tinggi, hal tersebut yang kemudian diklaim sebagai keadaan berlimpah.

Dalam kondisi keberlimpahan yang sangat dikaitkan dengan kekayaan, maka muncullah guru-guru keberlimpahan. Saya katakan guru karena memang itulah klaim mereka dalam iklan 'branding' dirinya baik itu di internet maupun brosur cetak.

'Master of Abundance' demikian julukan yang diberikan kepada dirinya sendiri, karena mungkin saja tidak ada seorangpun yang memanggilnya demikian. Bila anda masukkan kata kunci tersebut di google akan muncul banyak nama beserta alamat web disana, baik dari luar negeri maupun dalam negeri.

Artikel ini saya tulis karena ini merupakan fenomena menarik! Menariknya adalah: para guru keberlimpahan tersebut masih iklan tentang dirinya dan menanti order training maupun seminar dg tema keberlimpahan.

Saya menggaris bawahi bahwa tidak ada guru keberlimpahan, tidak ada 'master of abundance'. Kalaupun dalam sejarah ternyata ada orang-orang 'berlimpah', maka mereka tidak pernah klaim dirinya guru keberlimpahan, mereka tidak mencari order 'manggung' bagi pengetahuannya. Yang mereka lakukan adalah berbagi.

Ya! Mereka, para manusia berlimpah tersebut hanya mengenal tindakan 'berbagi', bukan 'order'. Bila mereka adalah penulis buku, maka kelahiran buku-bukunya bukan karena keinginan royalti namun karena pena mereka tidak bisa berhenti menulis. Dan bahkan royalti bukunya malah banyak disumbangkan untuk orang atau organisasi yang membutuhkan.

Kemudian dari buku tersebut, dia tidak menantikan ‘order’ manggung buat bicara. Keberlimpahan baginya adalah berkah yang harus dibagikan, bukan dimintakan bayaran.

Dari pengetahuannya tentang rahasia hidup, ia tidak mengharapkan order manggung. Ia hanya mengenal berbagi. Untuk itulah ia tidak mengiklankan dirinya dan tidak klaim sebagai 'master of abundance'

Lucunya, para master of abundance modern ini memasang tarif tinggi untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Ya, saya ulangi dengan huruf cetak: untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Iklan dan website ia bangun dengan kalimat-kalimat yang mungkin saja tidak 'walk the talk', karena ia sendiri masih mengejar keberlimpahan tersebut.

Yang sangat lucu adalah makna keselarasan.

Manusia berlimpah dalam hidupnya adalah manusia yang selaras dengan alam semesta. Keselarasan ini adalah hasil dari rasa syukur atau 'Gratitude' dalam langkahnya. Gratitude diaplikasikan dalam rasa terimakasih dalam bentuk apapun juga kepada siapapun juga. Rasa terimakasih ini juga merupakan tindakan menghargai, apresiasi, dan sangat menjaga perasaan orang lain. Tidak ada satupun orang berlimpah dalam hidupnya yang menyakiti orang lain dan dengan sengaja menyinggung perasaan orang lain.

Keselarasan dirinya terhadap alam semesta selalu ia buktikan dalam tutur kata yang rendah hati dan bijaksana. Ia selalu berterimakasih dan sangat bersahabat dengan siapapun juga. Karena keberlimpahan juga termasuk keberlimpahan sahabat, artinya ia akan punya banyak sahabat dikarenakan sikap apresiasinya terhadap para orang disekelilingnya.

Manusia yang berlimpah dalam hidupnya tentu saja menyadari bahwa tutur kata yang menyinggung akan ‘merusak’ keselarasan dan menyebabkan ketidak-seimbangan ecology kehidupan. Padahal manusia berlimpah sangat sadar bahwa hidup adalah keseimbangan. Hadirnya konsep ‘Law of Attraction’ semakin banyak melahirkan orang-orang yang ‘merasa’ sangat tahu dan menguasainya sehingga ia membuka kelas-kelas dengan tarif tinggi untuk sebuah metode pencapaian keberlimpahan hidup.

Sekali lagi, saya hanya menggaris bawahi bahwa ‘keberlimpahan hidup’ adalah sebuah bentuk pengalaman yang selalu dan akan selalu berubah sepanjang jaman. Menjual ‘keberlimpahan hidup’ dan mengaku sebagai ‘master of abundance’ adalah bentuk penipuan karakter dalam kehidupan. Penipuannya ada dimana? Sederhana saja: IKLAN!

Manusia berlimpah adalah manusia yang tidak memikirkan eksistensi. Untuk apa mencari eksis toh sudah berlimpah? Ia tidak mengiklankan dirinya untuk laku dan mencari banyak order. Untuk apa iklan toh ia sudah berlimpah? Manusia berlimpah akan hidup dalam keadaan syukur dan terimakasih dengan menghargai orang lain. Ia hanya mengenal berbagi, berbagi, dan berbagi.

Bagi saya, keberlimpahan tidak selalu berkaitan dengan banyaknya materi yang terlihat. Ia adalah pemilik kehidupan. Investasinya ada dalam kehidupan dan alam raya ini. Ia akan bisa mengambil kapanpun ia butuhkan (bukan diinginkan). Manusia berlimpah bukanlah sebanyak apa ia mengumpulkan materi, namun seberapa banyak manfaat yang telah ia tebar.

Kalimat ini semakin menyadarkan saya tentang makna keberlimpahan:

Gratitude is the master key to open all doors possibilities

Artinya tidak ada manusia berlimpah yang tidak apresiatif, tidak ada manusia berlimpah yang jauh dari ucapan terimakasih, tidak ada manusia berlimpah yang menyinggung perasaan orang lain, tidak ada manusia berlimpah yang tidak sopan tutur katanya, tidak ada manusia berlimpah yang memasang iklan untuk mencari keberlimpahan.

Manusia berlimpah adalah manusia yang selaras dengan kehidupan yang akan membawa keselarasan antara pikiran, perasaan, ucapan, dan tindakan.

Salam keberlimpahan!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun