Mohon tunggu...
Agung Webe
Agung Webe Mohon Tunggu... Konsultan - wellness coach di Highland Wellness Resort

Makan dengan makanan yang kita olah sendiri dengan bumbu organik tanpa perasa dan bahan kimia, dapat menyembuhkan hampir semua penyakit.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sosialita atau Komunikator, Memahami Perbedaan dan Dampaknya dalam Interaksi Sosial

3 Oktober 2024   01:09 Diperbarui: 3 Oktober 2024   01:12 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.cultura.id/film-arisan

"Hei, gimana kabarmu? Udah lama nggak ketemu! Ngapain aja sekarang?" suara itu datang dari seorang teman lama, suaranya penuh semangat, senyumnya cerah, dan tak lama kemudian pembicaraan kami beralih ke segala topik, dari pekerjaan, tren terbaru, hingga liburan. 

Dalam waktu singkat, ia berhasil mencairkan suasana, berinteraksi dengan begitu banyak orang, dan meninggalkan kesan yang menyenangkan di benak mereka semua.

Di sisi lain, ada seorang teman yang berbicara dengan teman yang lain, bukan tentang hal-hal umum, tetapi tentang sesuatu yang lebih dalam---karier, impian, dan tantangan hidup. Tidak ada tawa keras atau cerita ringan. Justru pembicaraan ini, meskipun lebih sepi, meninggalkan kesan yang mendalam dan reflektif.

Di sini, kita melihat bahwa ada dua jenis keterampilan yang berperan dalam situasi seperti ini: pandai bersosialisasi dan pandai berkomunikasi.

Pandai Bersosialisasi: Kemampuan Berinteraksi dengan Siapa Saja

Mereka yang pandai bersosialisasi memiliki kemampuan luar biasa untuk berbaur di setiap situasi. Dalam pesta, seminar, atau acara networking, mereka mampu berbicara dengan siapa saja, tentang apa saja, tanpa canggung. 

Topik pembicaraan bisa ringan, seperti cuaca, film, atau kabar terbaru di media sosial. Sosialisasi semacam ini adalah tentang menciptakan koneksi, membangun jembatan komunikasi yang cepat, dan memunculkan keakraban di tengah kerumunan.

Sosialisasi tidak selalu harus mendalam atau sarat makna. Sering kali, orang yang pandai bersosialisasi menyesuaikan diri dengan konteks. Jika dalam lingkungan yang kasual, pembicaraan bisa berkisar pada hal-hal yang tidak terlalu penting. 

Mereka bisa tampak "jago" karena mampu menghidupkan suasana. Namun, adakalanya dalam upaya ini, sosialisasi menjadi dangkal. Pembicaraan bisa saja berlangsung tanpa konten bermakna, sekadar menciptakan interaksi.

Bayangkan berada di sebuah pesta di mana orang yang pandai bersosialisasi berhasil mengobrol dengan hampir semua tamu, tertawa, bertukar kabar, dan kemudian beralih ke tamu berikutnya. 

Banyak koneksi tercipta, tetapi tidak semua meninggalkan kesan mendalam. Percakapan bisa berputar pada topik yang sama atau hal-hal umum yang tidak menawarkan wawasan baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun