Mohon tunggu...
Agung Webe
Agung Webe Mohon Tunggu... Penulis - Penulis buku tema-tema pengembangan potensi diri

Buku baru saya: GOD | Novel baru saya: DEWA RUCI | Menulis bagi saya merupakan perjalanan mengukir sejarah yang akan diwariskan tanpa pernah punah. Profil lengkap saya di http://ruangdiri.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Apa Itu Agama Bagimu?

5 Desember 2020   13:12 Diperbarui: 5 Desember 2020   13:20 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.kompas.com/skola/read/2020/03/04/080000169/arti-penting-keberagaman-dalam-masyarakat-indonesia?page=all

Pertanyaan ini sering diberikan kepada saya setelah seseorang membaca tulisan dan buku-buku saya. Tentu saja saya akan menjawabnya. Namun sebelumnya marilah kita pahami tiga cara pandang dalam mendekati sesuatu, agar kita tidak berbenturan dan paham cara-cara pandang tersebut.

  • Cara pandang Iman/dogma agama.
  • Cara pandang ilmu pengetahuan/science/cosmologi.
  • Cara pandang logika nalar sederhana.

Ketiga cara pandang di atas tidak dapat dibenturkan, apalagi didebat mana yang lebih benar. Dengan memahami adanya tiga cara pandang ini, maka kita paham dari mana seseorang mendekati sesuatu.

Agama juga demikian. Apabila pertanyaannya adalah, apa itu agama? Maka kita dapat mendekati agama dengan tiga cara pandang di atas.

  • Ada yang mendekati dengan cara pandang pertama, yaitu iman dan dogma agama. Di sini tentu saja agama merupakan jalan kebenaran. Agama bagi pemeluknya adalah agama yang paling benar dengan menjalankan syariat/ketentuan dalam agama yang diyakininya. Agama merupakan jalan kebenaran yang disediakan Tuhan melalui Nabi dengan wahyu-wahyu yang diterimanya.
  • Ada yang mendekati dengan 'science'. Mereka melakukan penelitian-penelitian dengan hipotesis yang ada dalam kitab suci lalu berusaha menemukan fakta-faktanya. Misalnya kitab suci menyebutkan pertemuan dua laut (asin dan tawar), maka science membuktikan dengan mencari fakta adanya pertemuan dua laut tersebut.

Saya memilih menggunakan pendekatan ketiga, yaitu nalar sederhana.

Agama bukanlah kebenaran. Ups jangan sewot dulu membaca kalimat itu. Silahkan baca sampai selesai agar anda tidak gagal paham dengan tulisan saya.

Agama adalah alat untuk menunjukkan kebenaran dalam diri manusia. Jadi apapun agama yang anda anut, bagi saya adalah alat untuk menunjukkan kebenaran yang sudah ada dalam diri. Tentu saja alat ini sangat beragam, dari agama yang punya nama, dikenal, maupun agama yang tidak punya nama dan tidak dikenal.

Nah, identifikasi kebenaran bukan berada pada agama, namun berada pada perilaku manusia itu sendiri. Apakah ia merugikan? Apakah ia berbuat jahat? Apakah ia menganggu orang lain? Apakah ia menghujat orang lain? Dan sederetan perilaku yang bukan merupakan cerminan lahirnya cinta kasih atau bukan menjadi rahmat bagi seluruh alam semesta.

Tentu saja, cinta kasih dan perilaku yang menjadi rahmat bagi seluruh alam semesta (budi pekerti mulia) adalah kebenaran yang mewujud. Kebenaran bukanlah konsep, bukanlah ide. Jadi ia (kebenaran) tidak dapat berada pada satu ideologi. Kebenaran adalah implementasi yang memakmurkan, membuat sejahtera, menolong, membantu, membangun dan membuat tumbuh suatu peradaban menuju kemajuan-kemajuan.

Sekali lagi, pertanyaan apakah agama adalah kebenaran? Ya, apabila agama tersebut berhasil menjadi alat untuk melahirkan Kebenaran menjadi implementasi yang memakmurkan, membuat sejahtera, menolong, membantu, membangun dan membuat tumbuh suatu peradaban menuju kemajuan-kemajuan.

Kebenaran itu sendiri bagi saya sangat simple dan sederhana, yaitu implementasi dari kebaikan-kebaikan perilaku.

Tentu saja, pendekatan yang saya lakukan akan menjadi tidak sesuai apabila dibenturkan dengan cara pendekatan pertama yang harus sesuai iman dan dogma agama, atau cara pandang kedua yang meminta bukti-bukti ilmiah. Masing-masing dari kita mempunyai pendekatan sendiri dalam melihat dan memaknai sesuatu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun