Mohon tunggu...
Agung Webe
Agung Webe Mohon Tunggu... Penulis - Penulis buku tema-tema pengembangan potensi diri

Buku baru saya: GOD | Novel baru saya: DEWA RUCI | Menulis bagi saya merupakan perjalanan mengukir sejarah yang akan diwariskan tanpa pernah punah. Profil lengkap saya di http://ruangdiri.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Penusukan Wiranto, Apa Sikap Kita?

13 Oktober 2019   02:13 Diperbarui: 13 Oktober 2019   02:35 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar dari antaranews.com

Setelah peristiwa penusukan kepada Menkopolhukam Wiranto, dunia maya ramai dengan asumsi-asumsi yang berkembang, yaitu ada yang serius menanggapai peristiwa ini sebagai peristiwa berbahaya dan ada yang menanggapi ini sebagai bentuk upaya sandiwara politik.

Memang selalu ada dua sisi dari sebuah peristiwa. Mereka yang mendukung Pemerintah dan Wiranto tentu saja prihatin akan kejadian tersebut dan menganggap peristiwa tersebut sebagai sebuah peringatan bahwa siapapun juga harus waspada terhadap radikalisme. 

Di sisi lain, mereka yang menentang pemerintah dan merasa mempunyai pandangan kebencian kepada Wiranto akan menganggap bahwa peristiwa itu hanyalah sandiwara belaka. 

Kita bisa sama-sama belajar dari peristiwa ini untuk menilik diri kita sendiri. Menilik tentang apa yang kita miliki terhadap respon peristiwa yang hadir dalam hidup kita. 

Nah, apabila ada seorang Wiranto di depan kita dan mengalami penusukan, apa yang akan kita lakukan? Tentu saja tindakan kita akan berbeda-beda, tergantung dari 'internal map' yang kita punyai masing-masing.

Mereka yang berada di pihak pemerintah dan Wiranto, tentu saja mempunyai 'internal map' untuk membela. Apabila peristiwa itu ada di depan mata, maka mereka akan sigap menolong dan menangkap pelakunya. Kemudian segera membawa Wiranto ke rumah sakit apabila cidera.

Mereka yang berada di pihak yang bersebarangan dengan Wiranto, tentu saja mempunyai 'internal map' bermusuhan. Apabila peristiwa itu ada di depan mata, mereka bahkan mungkin akan berharap Wiranto celaka, membiarkannya atau mungkin hal itulah yang diharapkannya.

Kita semua dikendalikan oleh 'intermal map' pikiran kita masing-masing. Ada orang yang benci terhadap seseorang, maka 'internal map' akan mengatakan penolakan, permusuhan dan bahkan penyerangan-penyerangan. Apapun yang dilakukan oleh orang yang dibencinya merupakan sebuah kesalahan dan harus ditentang.

Sama dengan kasus Wiranto. Mereka yang membencinya, tentu akan mengharapkan Wiranto celaka dalam peristiwa tersebut. Mereka tidak akan peduli bahwa peristiwa itu adalah benar adanya. Bagi mereka, tidak ada peristiwa yang benar bagi yang dibencinya. Semua adalah rekayasa.

Kali ini, bukan tentang apakah peristiwa Wiranto itu benar atau rekayasa. Bentuk penyerangan, bukan hanya kepada Wiranto, adalah bentuk tindakan kekerasan yang harus kita lawan bersama. Ini adalah kejahatan. 

Dari peristiwa ini kita mendapat kesempatan untuk melihat kembali 'internal map' diri kita. Kacamata apa yang kita pakai untuk melihat sesuatu di depan kita? 

Kebencian atau kasih sayang? Kalau kebencian, maka tidak ada yang benar dari tindakan yang dilakukan oleh sesuatu di depan kita. Kalau kasih sayang, maka kita akan bertindak dengan mengutamakan ketepatan akan situasi dan kondisi yang ada.

Selamat berhari Minggu!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun