Mohon tunggu...
Agung Webe
Agung Webe Mohon Tunggu... Penulis - Penulis buku tema-tema pengembangan potensi diri

Buku baru saya: GOD | Novel baru saya: DEWA RUCI | Menulis bagi saya merupakan perjalanan mengukir sejarah yang akan diwariskan tanpa pernah punah. Profil lengkap saya di http://ruangdiri.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

"Dajjal" dengan Makna Baru yang Berbeda

13 Juni 2019   01:10 Diperbarui: 13 Juni 2019   01:21 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto koleksi pribadi

Saya akan mengajak untuk melihat kembali tentang Dajjal. Namun saya akan memandang Dajjal dari sudut lain yang mungkin saja belum pernah dituliskan sebelumnya. Bagi saya, cerita Dajjal yang beredar dan bisa kita baca dari banyak situs di internet adalah mitos. Ya, Mitos! 
(Mari saya suguhkan 'makna' Dajjal yang berbeda, yaitu makna yang bukan untuk ditakuti. Makna yang justru merupakan hal yang memberdayakan manusia untuk merayakan hidupnya) 
Mitos bukan berarti bohong, bukan berarti tidak ada. Apa itu mitos? Dari wikipedia kita dapat membaca bahwa arti mitos adalah: cerita prosa rakyat yang menceritakan kisah berlatar masa lampau, mengandung penafsiran tentang alam semesta dan keberadaan makhluk di dalamnya, serta dianggap benar-benar terjadi oleh yang empunya cerita atau penganutnya. 
Jadi inti dari sebuah mitos adalah cerita turun temurun yang dianggap benar-benar terjadi oleh yang punya cerita dan para penganutnya. 
Sebelum saya melanjutkan tentang Dajjal, ada sedikit pertanyaan: "Apakah sebagian cerita di dalam kitab suci (manapun juga) merupakan Mitos? Termasuk salah satunya adalah cerita penciptaan alam semesta dan awal mula adanya manusia di muka bumi ini?" 
Saya lanjutkan tentang Dajjal. Karena Dajjal dianggap sebagai keberadaan salah satu makhluk di dalam alam semesta ini yang mempunyai cerita tersendiri dalam perannya di muka bumi dan menjadi cerita turun-temurun yang dianggap benar-benar terjadi, maka saya menyebutnya sebagai Mitos. Bagi saya sebuah Mitos harus ditafsirkan ulang agar kita mendapat pelajaran yang berharga dari cerita yang kita terima tersebut. 
Di dalam pandangan umum yang banyak ditemukan di situs-situs internet yang menulis Dajjal, banyak menuliskan sebagai berikut: Dajjal adalah makhluk Allah yang masih dalam kategori keturunan Nabi Adam as alias manusia. bahwasannya Dajjal adalah manusia yang sama seperti kita. Ia mempunyai rambut, mata, wajah, tangan, badan dan sebagainya persis seperti manusia biasa. Bahkan ada beberapa yang menyebutkan ciri-ciri fisik dari Dajjal yang rinci. Saya tidak perlu menuliskan kembali ciri-ciri tersebut karena dapat Anda cari di internet. 
Dajjal yang diceritakan akan muncul dan akan mengobrak-abrik seluruh kota di dunia, kecuali kota-kota yang dilindungi oleh malaikat. Bahkan rekaman dari pernyataan Dajjal itu sendiri sudah direkam dalam sebuah hadis, dimana Dajjal itu sendiri yang berkata, 
"Aku akan keluar dan menelusuri muka bumi. Tidaklah aku membiarkan suatu daerah kecuali pasti aku singgahi dalam masa empat puluh malam selain Makkah dan Thoybah (Madinah). Kedua kota tersebut diharamkan bagiku. Tatkala aku ingin memasuki salah satu dari dua kota tersebut, malaikat menemuiku dan menghadangku dengan pedangnya yang mengkilap. Dan di setiap jalan bukit ada malaikat yang menjaganya." 
Apakah Makhluk yang dikenal bernama Dajjal (Arab) yang mempunyai ciri bermata satu ini sudah ada sebelumnya? Atau hanya dikenal pertama kali pada jaman Nabi Muhammad saja? Dengan hal ini, marilah kita melihat ke peradaban kuno sebelum-sebelumnya.
Dari mitologi Yunani juga mengenal makhluk atau monster-monster menyeramkan dengan ciri bermata satu dan sangat sakti ini. Makhluk bermata satu yang bernama Argus Panoptes ini berhasil membunuh Ekhidna. Ekhidna adalah ibu dari semua monster dalam mitologi Yunani. 
Mitologi Yunani juga makhluk bermata satu yang dijuluki Cyclops. Makhluk ini berjumlah tiga, yaitu masing-masing bernama Brontes yang berarti "guntur," Steropes yang berarti "kilat", dan Arges yang berarti "terang". 
Dari tradisi Mesir juga mengenal simbol tentang mata satu yang dinamakan Horus. Horus merupakan salah satu dewa Mesir yang digambarkan bertubuh manusia dan berkepala elang. Ia anak dari dewi Isis, atau juga disebut dengan nama dewi Iset. 
Cerita tentang mitologi makhluk bermata satu di atas dapat Anda temukan di internet. Di sini berarti bahwa munculnya cerita makhluk bermata satu di Arab sangat dipengaruhi oleh kebudayaan-kebudayaan sebelumnya. Apakah masyarakat Arab terutama Arab kuno tidak mengenal monster lainnya? Tentu saja ada. Dalam mitologi Arab Kuno dikenal makhluk yang dinamakan Ghoul, yaitu makhluk yang tinggal di Gurun Pasir dan memakan para pengelana gurun dan merusak makam untuk memakan mayatnya. 
Lalu kalau demikian, apakah Dajjal merupakan bagian dari Mitos tersebut? Bagi saya iya, karena makhluk bermata satu ini tidak muncul secara tiba-tiba saat itu dan merupakan bagian dari rentetan cerita-cerita dari peradaban sebelumnya yang juga mempunyai gambaran sifat yang merusak alam semesta. 
Apabila Dajjal adalah sebuah mitos, maka bagaimana orang modern memandangnya sebagai sebuah pelajaran yang akan disampaikan oleh 'pembuat cerita' agar pendengarnya nanti dapat memetik sebuah pelajaran untuk kehidupannya? 
Dajjal dengan simbol bermata satu dilambangkan bahwa dengan kemunculannya menandakan bahwa hari kiamat segera tiba (sudah dekat). Ia akan memporak-porandakan manusia. 
Dajjal merupakan sebuah kesadaran, bukan sosok. Apabila ia adalah sosok dan digambarkan sangat sakti sehingga dapat memporak-porandakan seluruh kota yang ia lalui dan tidak ada manusia yang dapat menandinginya, maka kita akan kembali ke jaman purba yang mempercayai dewa-dewa berkekuatan jahat sebagai monster yang tak tertandingi. Atau kita juga meyakini adanya Megatron yang menghancurkan bumi yang akhirnya hanya dapat dikalahkan oleh Optimus Prime.
Apabila Dajjal dipahami sebagai sebuah kesadaran, maka kalau ia muncul maka dunia kiamat! Dunianya siapa? Ya, dunia manusia itu sendiri dimana Dajjal (kesadaran) muncul dalam dirinya. Dajjal yang bukan sosok, akan selalu muncul atau lahir dalam setiap diri manusia dan kiamatlah dunianya.
Dunia saat ini adalah dunia dualitas, dimana ada baik dan buruk. Ada tinggi dan rendah. Ada sehat dan sakit. Ada pahala dan dosa. Dualitas inilah yang menggulirkan permainan-permainan atau sandiwara di muka bumi ini. Dan dualitas ini merupakan simbol dari dua mata yang sedang dikenakan manusia dalam hidupnya sehari-hari.
Seseorang yang sudah menempa dirinya dengan selalu mendekatkan dirinya kepada Tuhan, melatih jiwa dan hatinya, ia tidak akan tersentuh oleh dualitas tersebut, walaupun ia hidup dalam dualitas. Orang yang berhasil melampaui dualitas dikatakan sebagai hidup berkesadaran. Dan kondisi melampaui tersebut digambarkan dengan simbol ganjil, yaitu satu. 
Apabila Dajjal -- mata satu ini lahir, atau kesadaran tentang melampaui dualitas ini lahir maka dunianya sebelum itu akan kiamat. Dunianya hancur lebur dan ia akan lahir dalam dunia baru yang menjadikan hidupnya sangat berbeda dari sebelumnya. Dajjal si mata satu ini digambarkan sangat berbahaya karena setiap manusia yang dapat melahirkan kesadaran melampaui dualitas ini (dajjal) akan menjadi manusia dengan jiwa yang bebas merdeka. Mereka tidak akan terikat dengan dogma, karena kesadaran tunggal yang dimilikinya melampaui tentang baik dan buruk (menyandang sifat kasih sayang Tuhan)
Tentu saja, kesadaran Dajjal ini tidak menguntungkan bagi para penjual agama, bagi para penjual Tuhan. Karena bagi manusia yang melahirkan kesadaran melampaui dualitas (Dajjal) ia tidak akan mudah diiming-imingi oleh harapan-harapan dan janji-janji yang menggiurkan tentang kenikmatan setelah kematian yang ternyata hanya untuk mencari keuntungan kelompoknya sendiri. Mengapa? Karena ia dapat memegang janji dan harapannya sendiri dalam beragama yang bertanggung jawab. 
Dari sisi lain, Dajjal dimunculkan sebagai musuh dari orang beragama, terutama Islam. Tentu saja tradisi agama lain di luar agama Timur Tengah seperti agama dari India tidak ditakutkan akan Dajjal tersebut, karena memang tidak ada dalam mitologinya. Dalam tradisi konsep Nasrani juga tidak mengenal Dajjal. Mereka mengenal konsep Antri Kristus, yaitu yang menentang dan diyakini akan menghabiskan orang kristen. Namun intinya sama, mengancam keberadaan stabilitas agamanya.
Bisa jadi, yang takut akan kemunculan Dajjal adalah para penjual agama dan penjual Tuhan, karena apabila Dajjal adalah memang sebuah kesadaran yang melampaui dualiatas (mata satu) maka kemunculan kesadaran ini akan mengakibatkan orang yang tidak mudah ditawari dengan jualan agama dan jualan Tuhan. Dan hal tersebut merupakan keruntuhan para penjual agama dan penjual Tuhan, karena setiap manusia yang lahir menjadi Dajjal adalah manusia beragama yang penuh dengan kesadaran. 
*Saya kutip dari buku saya yang berjudul "TUHAN APAKAH AKU MENCINTAIMU, hal 143 (bab DAJJAL) dari 236 hal.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun