Mohon tunggu...
Agung Webe
Agung Webe Mohon Tunggu... Penulis - Penulis buku tema-tema pengembangan potensi diri

Buku baru saya: GOD | Novel baru saya: DEWA RUCI | Menulis bagi saya merupakan perjalanan mengukir sejarah yang akan diwariskan tanpa pernah punah. Profil lengkap saya di http://ruangdiri.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Artikel Utama

Yuk Bahagia!

29 Mei 2019   22:58 Diperbarui: 30 Mei 2019   15:45 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: https://hellosehat.com

Dalam setiap pekerjaan, kalau mau ditarik garis umum tentang tujuan adalah kebahagiaan. Entah orang bekerja sebagai pedagang, sebagai buruh, sebagai karyawan, pimpinan, seniman atau sederet profesi lainnya. 'Kita ingin bahagia dalam hidup'.

Untuk apa uang yang anda kumpulkan? Barang yang anda kumpulkan? Rumah yang kita beli? Tabungan? Perhiasan? Entah itu alasan anda untuk persiapan masa depan, investasi, perencaan apapun juga, Semua itu didorong oleh rasa ingin bahagia.

Kita kadang terlalu rumit memikirkan jalan pencapaian kebahagiaan tersebut. Ada yang harus menjadi ini, memperoleh ini, pengakuan ini, gelar ini dan setumpuk materi lainnya. Rumit!

Kerumitan ini disebabkan karena sebuah paradigma yang terbentuk di masyarakat. Paradigma itulah yang kemudian 'meng-hipnotis' kita! Menghipnotis? Ya! Ketika kita melihat seseorang yang menyandang gelar tertentu dan terlihat bahagia menurut kita, lantas otak bawah sadar kita merekam bahwa 'oh, itulah bahagia'. Ketika kita melihat seseorang yang setiap hari bisa belanja di mall dan terlihat bahagia menurut kita, otak bawah sadar kita juga merekam hal tersebut. Ketika kita melihat orang yang sering jalan-jalan ke luar negeri dan terlihat bahagia, otak bawah sadar kita merekam bahwa itulah bahagia.

Atau ada juga yang terobsesi ingin menjadi seperti artis Maia Septianty. Naik pesawat pribadi, bisa beli apa saja, sering tinggal di luar negeri, punya rumah mewah. Dan itu terlihat sebagai kebahagiaan, maka otak bawah sadar merekam bahwa kebahagiaan adalah kehidupan seperti itu.

Ketika kita melihat apapun juga dan kita anggap itu sebuah kebahagiaan, maka kita akan merekamnya di bawah sadar kita. Hal itulah yang kemudian tidak kita sadari, bahwa lama-lama, frame tersebut akan menjadi 'nilai' tersendiri bagi kita.

Selama kita masih terhipnotis (baca: terpengaruh) oleh paradigma masyarakat tersebut, kita tidak akan pernah tau originalitas dari kebahagiaan kita. Kita selalu 'mengukur' kebahagiaan dengan ukuran yang tercipta di luar diri kita. Kita selalu membandingkan kebahagiaan dengan 'frame-frame' yang terlihat di luar. Apalagi apabila seseorang selalu mengukur kebahagiaan dengan frame yang ia lihat di media sosial, instagram misalnya. Banyak sekali akun instagram yang posting kehidupan mewah dengan wajah tampak bahagia.

Sebagian besar orang tidak berani memutuskan dirinya bahagia kecuali dengan berbagai macam status kemelekatan dalam hidupnya, dan hal yang ingin dicapainya seperti frame-frame yang menjadi nilai atas paradigma masyarakat tentang bahagia itu sendiri.   Kali ini saya menuliskan kembali pembebasan pikiran yang telah diberikan oleh ki Ageng Suryomentaram. Yaitu:

"Sacukupe-Sabutuhe-Sapenake-Saperlune-Samestine-Sabenere" (secukupnya, sesuai kebutuhan, melakukan dengan enak, melakukan yang perlu, melakukan yang tepat dan bertindak yang benar)

  1. Sacukupe, yaitu secukupnya. Kita bertindak tidak lebih, mencari tidak lebih. Tetapi secukupnya saja.
  2. Sabutuhe, yaitu bertindak sesuai dengan kebutuhan. Tidak menuruti keinginan.
  3. Sapenake, yaitu bertindak dan melakukan sesuatu dengan enak. Melakukan sesuatu dengan rasa suka dan cinta
  4. Saperlune, yaitu bertindak dan melakukan sesuatu sesuai dengan keperluan kita.
  5. Samestine, yaitu bertindak dan melakukan sesuatu sesuai dengan semestinya. Melakukan sesuatu yang tepat dengan situasi dan kondisi.
  6. Sabenere, yaitu bertindak dan melakukan sesuatu dengan benar. Benar disini adalah efektif dan efisien dan menetapkan strategi serta langkah yang benar

Dengan "Sacukupe-Sabutuhe-Sapenake-Saperlune-Samestine-Sabenere", maka kita telah membebaskan frame pikiran dari apa yang selalu dilihat dan terlihat bahagia, menjadi manusia baru yang cukup, butuh, penak, perlu, mesti, bener (secukupnya, sesuai kebutuhan, melakukan dengan enak, melakukan yang perlu, melakukan yang tepat dan bertindak yang benar)

Salam Bahagia

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun