Coba kita bayangkan apabila di semua medsos para anggotanya menulis demikian tentang para calon presiden;
"Jokowi mempunyai kekuatan pada kerja nyata dan Prabowo mempunyai kekuatan kepada ketegasan kepemimpinan. Dua-duanya adalah calon pemimpin bangsa!"
"Jokowi keren dan Prabowo tak kalah keren!"
"Baik Jokowi dan Prabowo merupakan orang hebat semua!"
Apabila masyarakat cerdas bahwa pemilihan umum untuk presiden itu LUBER -- langsung, umum, bebas dan rahasia, maka jatuhnya sebuah pilihan ada di dalam kotak suara, bukan di media sosial.Â
Kalau hanya untuk merayakan pesta demokrasi agar meriah, maka semua saja bisa datang di acara kampanye semua calon. Anda bisa datang di panggung acara Jokowi dan anda juga bisa datang di panggung acara Prabowo sehingga kedua panggung terlihat meriah dan pesta benar-benar terselenggara.
Dalam hal merayakan pesta, hal ini bukan merupakan sikap plin-plan. Apa salahnya apabila satu orang yang sama datang ke panggung ke dua calon yang ada sehingga apabila panggung Jokowi terisi dua juta pengunjung, maka panggung Prabowo juga terisi dua juta pengunjung. Bukankah ini sebuah pesta bagi semua rakyat?
Ya, bila masyarakat cerdas dan benar-benar menikmati pesta tanpa membedakan, tanpa permusuhan, maka yang bingung adalah para juru kampanye dan tim survey yang mencoba memetakan berapa besar pendukung masing-masing calon.
Sayangnya, masyarakat masih rentan untuk dibuat bergejolak sehingga terlihat mana yang mendukung salah satu calon. Ya, bukankah demikian cara kerja tim survey media?Â
Mereka sengaja menciptakan sebuah kasus yang berdampak masyarakat bersuara membela siapa yang akan dipilihnya nanti. Dan apabila suara-suara tersebut lantang membela setiap calonnya, maka masyarakat mudah dipetakan!
Apabila ada yang bertanya, "Kamu akan memilih siapa?" Jawab dengan tegas bahwa hak pilih adalah rahasia dan akan dilakukan di dalam kotak suara, bukan di dalam posting publik media sosial.