Donald Trump mampu meraup dukungan rakyat AS. Padahal ia belum teruji, baik sebagai politisi mau pun birokrat. Berbeda dengan Hillary, dimana ia adalah politisi kawakan yang pernah 'mengecap' kursi pengacara, ibu negara, senat, menteri luar negeri, sebelum akhirnya diberi mandat oleh Partai Demokrat untuk maju sebagai calon presiden.Â
Namun kenyataannya Trump menang!Â
Politik, memang bukan hanya kemampuan, namun masalah dagang. Bisa saja ada orang biasa yang belum mengenal birokrasi, apalagi mengenal dunia politik, bahkan menjadi ketua RT saja belum pernah. Namun ketika ada yang 'mengusungnya' dengan tim marketing ampuh yang mampu menjual botol air seharga juataan dan strategi 'branding' ciamik yang menjadikan seorang tukang parkir mendapatkan hasil lebih besar dari seorang dokter, mungkin saja.Â
Bahkan ketika masyarakat sudah diarahkan bahwa seorang pemimpin harus pandai pidato seperti para ahli public speaking yang lihai di kelas, maka kepemimpinan bisa jadi hanya dinilai dari orasi dan pidato tanpa teks.Â
Melihat ketidakmampuan yang secara terbuka dipertontonkan, bukan oleh para calon pemimpin, namun oleh para tim sukses yang ketika muncul di panggung hanya saling olok, saling ejek dan saling membicarakan kekurangan, maka berbagai lapisan mulai pesimis dan mundur dari 'greget' pemilihan.
Golput? Bisa jadi ..Â
Namun, seperti disinyalir oleh para pemerhati politik tentang kemenangan Trump yang disebabkan saat itu banyak warga Amerika yang golput gara-gara tidak sesuai dengan semua calon yang ada, maka kondisi ini juga akan merugikan semua masyarakat nantinya.Â
Kebijakan Trump yang dinilai merugikan masyarakat adalah penutupan pemerintah Amerika Serikat yang merupakan penutupan terpanjang dalam sejarah Amerika dan Trump mengancam akan menutup pemerintah selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun, belum ada kemungkinan berakhirnya penutupan pemerintahan. Dengan kondisi ini, mereka yang tadinya golput apakah dapat menolaknya? Tentu tidak. Mereka walaupun golput akan merasakan dampak dari kebijakan pemerintah yang tidak dipilihnya.Â
Seorang teman dari Amerika menulis pesan;
"Never be an abstention! Choose the best one among the bad ones."Â
Mungkin Amerika lain dengan Indonesia, sehingga mereka yang yakin dengan golput (abstention) dapat menghindari kebijakan pemerintah yang tadinya tidak dipilihnya.Â
Kita, masing-masing tentu sudah punya pilihan tentang "Siapa Presidenku". Walaupun ada yang disebut kelompok 'swingers' - yang dapat berubah dengan suguhan berita-berita dan bombardir retorika. Kelompok yang diidentifikasi dapat berubah inillah yang menjadi ajang unjuk kemampuan mereka yang mengaku pakar jualan politik. Mereka akan membuktikan kemampuan mengubah pandangan, kemampuan persuasi dan kemampuan jualan yang hampir sama dengan 'dagang otot dan urat'.Â