Sebutkan negara mana  yang ingin kau kunjungi, maka esoknya aku sudah ada di sana. Sebutkan  jenis pesawat apa yang pernah kau naiki, maka dari jenis lama DC-9,  Foker 28, sampai pesawat canggih 777 dan Max, pernah aku duduki.Â
 20 tahun bukanlah masa yang singkat untuk tumbuh di lingkungan  penerbangan. Cuaca extreem, return to base, landing gear susah terbuka,  mesin mati satu, turbulance hebat, semua pernah kulalui dengan rasa yang  campur aduk.Â
 Menahan kantuk yang sangat berat, menahan lelah yang teramat sangat adalah bagian dari tanggung jawab yang pernah kujalani.Â
 Bandara merupakan rumahku ke tiga. Yang ke dua pesawat dan yang pertama  adalah rumah yang bahkan dapat dihitung dengan jam aku singgah.Â
 Kalau hanya bercerita tentang kota-kota seluruh Indonesia bahkan dunia,  mungkin itu sudah menjadi lembaran yang tidak lagi menarik bagiku. Ya,  karena rutinitasku akan mengantarkan aku ke sana.Â
 Hingga suatu saat, aku pun bertanya, "untuk apa aku hidup?"Â
Kuletakkan sayapku bukan berarti aku membencimu.
Aku lepas 'wing' kebanggaanku bukan berarti aku tak mau lagi melakukan tugasku.Â
 Aku hanya menyadari, kapan aku terus berjalan dan kapan saatnya aku berhenti.Â
Dulu kurangi luasnya angkasa, kini kuarungi luasnya kata-kata.
Dulu aku melintas antara benua, kini aku melintas antara lembaran-lembaran makna.
Dulu aku singgah di kota-kota, kini aku singgah di antara pikiran manusia.
Dulu jam terbangku adalah putaran deru mesin pesawat, kini jam terbangku adalah tulisan-tulisan.
Saat ini pun aku masih terbang.
Aku terbang bukan dengan menggunakan pesawat. Aku terbang dengan buku-buku.Â
Selamat bagi anda semua yang akan mengambil langkah resign dari pekerjaan. Sukses selalu untuk anda!