Lebaran sebentar lagi,
Arus mudik makin menjadi,
Entah pendukung Jokowi atau pembenci,
Semua punya selera sendiri-sendiri.
Saya memulai tulisan ini dengan pantun lebaran karena ramainya posting di media sosial tentang perdebatan 'spanduk Jokowi' di jalan tol. Entah siapa yang memulai namun jurang antara pendukung #2019gantipresiden dan #2019tetapjokowi semakin terlihat sangat dalam. Di satu pihak para pendukung Jokowi menulis "selamat datang di tol Jokowi" dan di lain pihak menulis dengan menjelaskan bahwa tol tersebut kepunyaan investor swasta dan negara sedangkan Jokowi hanya menggunting pita saja.
Sampai kapan peperangan kata ini akan terjadi? Tentu saja dapat terjadi hingga nanti pemilihan presiden 2019. Apakah hal ini disengaja? Tentu disengaja agar kita semua kabur dari penglihatan jernih tentang seorang presiden yang tepat untuk Indonesia. Pertanyaan selanjutnya adalah, "Lalu siapa dia?"
Siapa dia? Tentu dapat siapa saja. Bahkan seseorang yang tidak diprediksikan sebelumnya juga dapat dengan tiba-tiba menjadi presiden. Artinya apabila kita terjerumus terhadap sosok-sosok yang dibangun selama ini, hal ini seperti kita membeli sebuah produk yang telah mengalami polesan 'advertising' yang tentu saja semua akan mengaku nomer satu!
Mungkin kita belum belajar lebih banyak tentang menghargai, walaupun dulunya dikatakan bahwa penduduk Indonesia terkenal dengan saling menghargai. Mungkin kita belum siap menjadi bangsa yang besar, karena dikatakan bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang dapat menghargai para pendahulu yang pernah membangun bangsanya. Apakah kita sudah menghargai para bapak pembangun bangsa kita? Siapapun dia, beliau-beliau yang pernah duduk sebagai presiden adalah bapak-bapak pembangun bangsa.
Oke, memori kita pasti sudah berkelana tentang presiden-presiden tersebut. Dan mungkin yang kita temukan adalah kekurangan-kekurangan mereka! Presiden A kan gini, presiden B kan gitu, presiden C juga sama, Presiden D tambah parah, Presiden E penjual ... dan lain sebagainya.
Dapatkah sedikit saja kita menemukan prestasi mereka? Kebaikan mereka? Kemajuan negara pada jaman mereka? Ataukah yang ada pada pikiran kita hanyalah kejelekan-kejelekan, kekurangan-kekurangan mereka? Beranikah kita mengakui prestasi pada setiap pemerintahan yang ada, termasuk pada era presiden Jokowi ini?
Kita boleh saja tidak setuju dengan sistem pemerintahan atau dengan gaya kepemimpinan seorang presiden yang ada. Namun tentu saja ada cara dan langkah yang tepat untuk mengekspresikan bentuk-bentuk kritik terhadap pemerintah. Dan kritik bukanlah melawan. Kritik adalah penyampaian solusi sedangkan melawan adalah tindakan 'makar'.