Mohon tunggu...
Agung Wasita
Agung Wasita Mohon Tunggu... Administrasi - pegawai swasta

pegawai swasta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Membentengi Hoaks dengan Tabayyun

13 Mei 2023   17:49 Diperbarui: 13 Mei 2023   17:51 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Satu dekade ini, tahapan pemilihan Presiden Indonesia seakan sudah 'dimulai'. Hal ini tercermin dai belombanya lembaga survey yang selalu memberitakan elektabilitas beberapa nama yang dijagokan. 

Apalagi dalam beberapa minggu ini, beberapa partai sudah menyebut nama calon mereka. Nama calon inilah yang akan bertarung dalam Pemilu Presiden yang akan datang.

Setelah lembaga suvey merilis hasil penelitian mereka, biasanya media akan memberitakannya secara massif. Pembahasan dengan fomat dialog akan selalu ditampilkan, sehingga pemirsa bisa benar-benar paham siapa dan apa yang hendak disampaikan oleh beberapa partai.

Setelah itu biasanya media sosial juga meramaikan soal itu. Pendukung A misalnya menyebabkan berita-berapa positif tentang A dan sebaliknya menyebarkan berita negatif tentang B. 

Dan sebaliknya, pendukung C memuji-muji capaian C dan menyebarkan hal negatif tentang A dan B. Sesuatu yang sangat wajar bagi perkembangan politik di  tanah air bahkan dunia setelah media sosial mengambil banyak peran di bidang politik.

Pada proses itu seringkali informasi mengalami manipulasi. Menjadi berlebihan alias lebay atau menjadi miring karena sebagian informasi mungkin sudah diplintir. 

Bahkan mungkin informasi yang muncul menjadi sangat berbeda dengan fakta karena beberapa perlakuan yang salah soal informasi.

Kita bisa belajar dari Pilpes Amerika Serikat (AS) 2016, dimana Trump berhadapan dengan Hillary Clinton. Saat kampanye kubu Trump selalu meniupkan berita bohong yang mendiskeditkan Clinton. 

Berita itu antara lain soal Clinton yang dikabarkan sakit parah, Clinton yang mendukung pasukan bersenjata bentukan ISIS dll, yang sebenanya adalah informasi tak benar. 

Banyak simpatisan partai Demokat (yang mengusung Clinton) yang termakan informasi itu. Clinton kalah pada Pilpes itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun