Mohon tunggu...
Agung Wasita
Agung Wasita Mohon Tunggu... Administrasi - pegawai swasta

pegawai swasta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jangan Terjebak pada Narasi Negatif

23 Agustus 2022   00:19 Diperbarui: 23 Agustus 2022   00:33 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahun 2022 adalah tahun di mana sebagian besar masyarakat dunia bisa beraktifitas normal. Selama dua tahun sebelumnya kita harus berjibaku dengan pandemic  Covid 19, dimana sektor yang terpuruk tidak saja bidang Kesehatan, tapi juga sector lain seperti ekonomi, sosial budaya bahkan politik. Beberapa negara nyaris bangkrut atau hutangnya menumpuk karena tidak bisa mengelola keterpurukan itu.

Dampak pandemic di Indonesia memang cukup terasa. Beberapa lapisan masyarakat merasakannya terutama lapisan ekonomi miskin dan rentan miskin. Sektor UMKM juga terpuruk karena daya beli yang sangat rendah dari masyarakat. Namun meski sulit masa-masa itu sudah terlampaui. Indoensia kembali pulih dan bangkit menjadi lebih kuat.

Hanya saja ada beberapa hal yang sering menganggu. Yaitu kaum-kaum yang selalu menyalahkan pemerintah (yang sudah berupaya keras mengatasi krisis karena pandemic). Tudingan itu sering berbeda dari fakta bahkan memutarbalikkan fakta dan berlindung atas nama agama. Tudingan menyalahkan itu sering kita lihat di media sosial. Mulai dari narasi-narasi menyalahkan, fitnah sampai ujaran kebencian. Kadang disajikan dengan visual yang menarik dan membuat orang terbujuk untuk membacanya.

Yang paling memprihatinkan adalah narasi-narasi intoleransi yang berasal dari faham transnasional. Ini sering kita jumpai. Semisal narasi yang menyoal Islam liberal sampai narasi negara kafir dan thagut. Narasi seperti ini sering "termakan" oleh generasi muda yang belum paham agama secara paripurna sehingga mereka memaknai secara salah. Sehingga tak heran jika kita mendapati pemuda dengan bom rakitan yang dipelajari dari internet, nekat menyerang kantor polisi karena menganggap aparat polisi adalah reprentasi dari negara dan itu semua adalah thagut.

Atau mungkin kita ingat pada seorang gadis yang membawa senjata airsoft gun dan menyerang beberapa petugas di Mabes Polri beberapa tahun lalu. Kejadian yang berdekatan waktunya dengan bom di gereja Katedral Makassar itu juga karena menganggap negara adalah thagut sehingga aparat dan negara tak perlu didukung, dan akhirnya mereka menyerang.

Narasi-narasi seperti ini sebenarnya sangat tidak berguna, bahkan mencemari agama itu sendiri. Padahal hakikat agama adalah damai dan bukan kekerasan. Agama juga selalu mencari jalan tengah dengan negara, sebagaimana Nabi Muhammad SAW juga selalu menyeiringkan agama dengan negara sehinga benturan tidak terjadi.

Narasi itu juga tidak berguna ditengah rasa pulih kita usai pandemic. Narasi-narasi negative seperti negara thagut dan nasionalisme haram menyedot terlalu banyak energi untuk hal yang tak berguna dan tidak membangun. Masa sekarang ini adalah masa dimana energi dan focus kita pada  pemulihan ekonomi dan aktivitas untuk menunjang itu. Begitu juga membangun sosial kemasyarakatan dan ekosistem agama dengan lebih baik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun