Mohon tunggu...
Agung Wasita
Agung Wasita Mohon Tunggu... Administrasi - pegawai swasta

pegawai swasta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Waspadalah Ketika Arah Angin Berubah

17 Juli 2020   22:15 Diperbarui: 17 Juli 2020   22:17 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selama satu dekade setelah Indonesia mengalami masa Reformasi, ada beberapa soal yang enggan dibicarakan orang yaitu Pancasila, Keluarga Berencana dan beberapa hal lainnya. Penyebabnya adalah karena pemimpin Orde Baru tidak tepat mengolah falsafah negara itu. Sehingga Pancasila yang begitu bagus dan ditemukan oleh para founding father dan berasal dari nilai-nilai keyakinan dan budaya yang kita miliki menjadi tereduksi karena beberapa situasi yang menyertainya, seperti kebijakan represif dari permerintah saat itu, system politik yang sebagian besar mengekang seseorang atau sekelompok orang untuk berpendapat. Sehingga nuansa bangsa menjadi muram, tidak nyaman dan demokrasi menjadi stagnan.

Segera setelah masa reformasi keadaan menjadi sangat berubah. Orang dengan bebas dapat berpendapat sesuatu yang mungkin berbeda dengan pendapat mayoritas orang tanpa takut dia diciduk oleh Kodim atau menjadi mayat keesokan harinya. Media massa juga amat banyak dan beragam, menawarkan berbagai informasi dan masyarakat dapat memilihnya sendiri. Bisa dikatakan masa awal reformasi adalah masa dimana kita mengalami euphoria terhadap demokrasi. Saat itu juga, kita merasa enggan bicara soal Pancasila yang otomatis mengingatkan kita pada Orde Baru yang telah lewat.

Di sisi lain pada masa itu, ada gelombang intoleransi yang mungkin tidak kita sadari. Karena situasi negara berubah dan kemajuan teknologi, orang tidak lagi melihat agama dengan kearifan  budaya lokal seperti cara Walisongo mengenalkan dan mengajarkan Islam kepada masyarakat Jawa. Banyak orang makin menggemari mencari tahu cara berfikir masyarakat di Timur Tengah dan memandangnya sebagai sesuatu yang harus diikuti -- meski kondisi lingkungan amat berbeda. Pemurnian agama menjadi sesuatu yang penting untuk dilakukan bagi banyak orang.

Cara berfikir agama yang mengesampingkan kearifan lokal, secara tidak sadar membawa kita jadi terpisah dengan yang lain. Sekelompok orang menjadi lebih suka dengan orang-orang yang sama dengan dirinya dan menjauhi orang-orang yang berbeda meski berada di lingkungan yang lebih dekat. Disinilah istilah kafir menjadi amat sering dilontarkan untuk merujuk orang-orang yang berbeda.

Pada masa itu juga, terjadi beberapa kali ledakan bom yang ditujukan kepada para kafir dan orang asing. Mereka melakukan itu antara lain dengan keyakinan bahwa itu merupakan salah satu ajaran agama yang mereka taati.

Dalam perkembangannya, karena banyak orang yang menganggap yang ada di Timur Tengah adalah mulia, maka agama menjadi kemungkinan menjadi falsafah bangsa dengan khilafah sebagai bentuk negaranya. Pancasila yang tidak mereka sukai menjadi tersingkir. Kondisi ini mungkin sudah terjadi selama beberapa tahun dan diusung  dan dipertahankan oleh beberapa orang. Beberapa nama mungkin sudah kita tahu dan hafal.

Ketika RUU HIP akan disahkan, tetiba arah angin seakan berubah. Orang-orang yang sebelumya begitu membenci Pancasila dan ingin Indonesia menjadi kekhilafahan  seperti yang diterangkan di atas, tetiba berubah 180 derajat dengan  membela mati-matian bahkan seakan menantang siapapun yang ingin mengganti Pancasila.

Situasi ini justru menjadi bentuk kelucuan tersendiri sekaligus membuat kita waspada. Karena kita tahu bahwa keyakinan kepada ideologi khilafah tak akan mudah luntur hanya karena sebuah RUU diajukan.

Apapun yang terjadi, yakinlah, Pancasila adalah hal terbaik yang dimiliki bangsa ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun