Mohon tunggu...
Agung Wasita
Agung Wasita Mohon Tunggu... Administrasi - pegawai swasta

pegawai swasta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Perbedaan Membuat Kita Kokoh

24 Juni 2020   04:30 Diperbarui: 24 Juni 2020   04:40 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebelum peristiwa rasisme George Floyd  di Amerika Serikat, setahun sebelumnya Jerman pernah mengalami peristiwa yang bersifat rasisme meski tak sepenuhnya mirip dengan yang terjadi di AS beberapa waktu lalu.

Peristiwa di Jerman itu terjadi di Hanau, dimana seorang pria membunuh 10 orang imigran dengan merekam video yang mengusung teori rasisme dan konspirasi sebelum menembak korban-korbannya dan kemudian ibunya sendiri lalu dirinya melakukan bunuh diri. Peristiwa di Hanau sebetulnya bukan peristiwa menonjol dalam tahun lalu, karena ada dua peristiwa serupa sebelum peristiwa Hanau.

Tiga peristiwa rasisme yang mendapat perhatian kalangan pengamat di Jerman itu memang bukan merupakan peristiwa pembunuhan semata; yang melibatkan sentiment anti Yahudi atau anti muslim, pandangan liberal maupun pandangan tertentu soal gender. Namun terpenting bahwa benang merah dari beberapa peristiwa tadi adalah hawa kebencian terhadap ‘orang yang berbeda’ tumbuh di mana mana di dunia ini. Jerman adalah salahsatu negara maju yang dengan kemajuan dan menonjolnya logika dan teknologinya masih tidak mampu mengalahkan perasaan superiornya yang melahirkan hawa rasisme.

Begitu juga beberapa negara yang mungkin tidak perlu kita sebutkan satu persatu; mereka merasa kesulitan untuk memberi hati dan sedikit pikiran mereka terhadap perbedaan, entah itu warna kulit, agama, suku dan lain-lain. Meski mereka punya pendidikan dan teknologi yang amat maju, mereka tidak mampu mengendalikan diri jika melibatkan pertentangan yang melibatkan  perbedaan di atas.

Bagaimana dengan Indonesia ?

Indonesia ditakdirkan lahir sebagai bangsa yang multietnis, multiagama (kepercayaan) multi ras dan multi bahasa sejak bernama Nusantara yang sebagian besar merupakan wilayah bekas kerajaan Majapahit. Kita punya ratusan bahasa, ratusan suku dan banyak aliran kepercayaan termasuk agama. Mereka selama ini rukun dan memberi perhatian satu sama lain. Jarang terjadi pertentangan yang melibatkan perbedaan seperti diterangkan di atas.

Karena dilahirkan dan dibesarkan ditengah ‘hawa perbedaan’ itu, maka lahirlah Pancasila. Pancasila digali dari sendi-sendi perbedaan bangsa Indonesia sendiri sehingga bisa melingkupi dan melindungi bangsa kita dari berbagai tantangan sejak proklamasi sampai sekarang. Tantangan itu berupa Belanda yang ingin kembali menjajah tanah air kita, beberapa paham luar yang ingin mempengaruhi Indonesia, sampai faham radikal yang menginginkan perbedaan itu tidak ada lagi di Indonesia. Tapi ternyata Pancasila bisa menolak faham-faham itu sehingga sampai sekarang kita kokoh menjadi bangsa multietnis besar yang tetap bersatu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun