Mohon tunggu...
Agung Wasita
Agung Wasita Mohon Tunggu... Administrasi - pegawai swasta

pegawai swasta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Berfikir Besar Demi Keluarga

8 April 2020   04:34 Diperbarui: 8 April 2020   04:52 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tak lama lagi kita akan berhadapan dengan bulan penuh rahmat bagi umat Islam yaitu bulan Ramadhan dan kemudian perayaan Idul Fitri. Dua hal yang kita rindukan dan nikmati dengan penuh sukacita karena pada masa itu sering kita pulang untuk mudik, dan bersama-sama merayakannya bersama keluarga di kampung. Budaya mudik saat Idul Fitri ini mirip dengan budaya thanksgiving day pada masyarakat di Amerika dan Eropa.

Tapi tahun ini mungkin kenyataannya berbeda karena pandemic Covid-19 yang melanda seluruh dunia. Virus corona yang dikenal sebagai virus yang agresif ini mula-mula diketahui ditemukan di kota Wuhan China pada pertengahan Desember, yang menjangkiti para pedagang dan pengunjung sebuah pasar hewan. Dengan cepat kemudian virus ini menyebar di seluruh kota Wuhan, beberapa kota di China dan kemudian nyaris seluruh dunia terjangkit virus ini. Kini ada sekitar 205 negara yang sebagian penduduknya mengalami sakit karena virus ini.

Meski virus ini berasal dari negara Asia, namun virus ini menggila di beberapa benua lain seperti Eropa dan Amerika.Negara seperti Itali dan Spanyol adalah contoh tragis dimana ribuan orang terjangkiti dengan cepat dan menyebabkan angka kematian yang melonjak dengan tajam.

Hal serupa terjadi di Amerika Serikat (AS). Meski pada awalnya presiden AS Donald Trump terkesan mengesampingkan penyakit ini dan sempat membullynya dengan sebutan 'virus China' negara adidaya ini seakan tumbang karena penyakit ini ternyata membawa dampak besar bagi negara maju ini. Pernah ditemukan angka kematian sekitar 1400 orang dalam satu hari karena virus ini di negara tersebut.

Karena sifat pandemiknya, nyaris seluruh negara mengambil sikap tidak mengabaikan penyakit ini. Semua bisa tertular olehnya, tidak mengenal usia, kedudukan sosial, pangkat apalagi pendapatan. Kita bisa menemukan para pejabat setingkat Perdana Menteri sampai tukang sol sepatu menderita penyakit ini.

Sikap tidak mengabaikan penyakit ini dan mengajak masyarakat untuk tetap waspada juga tercermin pada imbauan pemerintah pada masyarakat Indonesia. Kita diimbau untuk selalu mencuci tangan, menjaga jarak aman dengan orang lain ketika bertemu sampai pada kebijakan yang menyangkit kegiatan formal seperti sekolah diliburkan dan kebijakan bekerja dari rumah.

Akhir-akhir ini muncul imbauan pemerintah yang menyarankan untuk tidak mudik ke kampung halaman kepada masyarakat perantau . Seperti diterangkan di atas, Idul Fitri adalah moment tepat untuk mudik. Dikawatirkan dengan mudik, transmisi virus akan terjadi dengan cepat dan massif. Tradisi mudik tidak saja melibatkan ribuan orang tapi juga jutaan orang yang bergerak dari perkotaan ke desa asal, juga dari luar negeri ke desa asal. Sehingga bisa dibayangkan bagaimana kemungkinan mereka akan menulari teman dan sanak saudara terutama oleh orang pembawa virus (carrier) Covid-19 tanpa gejala.

Karena itu, meskipun terasa pahit, memang sebaiknya kita bisa menahan diri untuk menuruti imbauan pemerintah untuk tidak mudik. Kita belajar berfikir besar demi keselatan orang-orang yang kita cintai di kampung halaman.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun