Mohon tunggu...
Agung Wasita
Agung Wasita Mohon Tunggu... Administrasi - pegawai swasta

pegawai swasta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Solusi Atas Banyak Perbedaan

20 Agustus 2019   21:46 Diperbarui: 20 Agustus 2019   21:54 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
damniloveindonesia.com

Pernahkah sadarkah kita bahwa orang asing sering kagum pada bangsa kita. Mereka tak pernah membayangkan bagaimana bangsa Indonesia yang hidup dengan banyak perbedaan (baca kebinekaan) dapat hidup bersama , berdampingan dengan baik ?

Orang Jerman misalnya. Negara yang dulu mengagungkan bahwa bangsanya (bangsa Arya) adalah bangsa unggul, seringkali menyisakan rasa superioritas jika bersama bangsa lain. Rasa superior itu mengandung kebanggaan dan rasa 'lebih tinggi' seseorang terhadap yang lain, apalagi yang berbeda. Sehingga banyak bangsa di dunia ini memang sering merasa lebih tinggi dibanding yang lain.

Coba kita tengok politik apartheid di Afrika Selatan.  Politik yang menomorsatukan bangsa kulit putih dibanding bangsa berkulit hitam menjadi momok menakutkan di negara Afrika Selatan. Politik itu mendiskriminasi bangsa kulit berwarna sehingga sangat rendah dibanding bangsa kulit putih. Itu yang menyebabkan seorang Nelson Mandela dipenjara selama hamoir dua dekade. Ketika dia bebas dan menjadi Presiden Afrika Selatan dia mengajak seluruh bangsa untuk memaafkan pelaksanaan politik apartheid itu dan rekonsiliasi digelar. Kebijakan apartheid kini tinggal sejarah kelam.

Dari ilustrasi itu bisa tergambar bahwa untuk bisa hidup berdampingan memang sarat dengan rasa keikhlasan. Ikhlas untuk menerima perbedaan, ikhlas untuk menaati aturan yang disepakati bersama dan ikhlas untuk melakukan hal berbeda dengan kebiasaan sebelumnya.

Indonesia penuh dengan perbedaaan dan negara telah mengatur sedemikian rupa sehingga aturan yang ada itu bisa diterima oleh banyak golongan dan ras di Indonesia dan solutif. Contoh yang paling nyata dalam hal ini adalah Pancasila.  

Pancasila dengan lima sila dan puluhan butir yang mengandung aturan-aturan atau bahkan hukum yang bisa membuat warga negara bisa bekerja dan hidup nyaman dengan aturan-aturan itu. Pancasila tidak membuat Islam lebih tinggi dibanding Kristen dan Hindu serta Budha. Juga tidak membuat Hindu, Budha atau Kong Hu Cu yang merupakan (sangat) minoritas tidak dapat menjalankan kehidupan dalam masyarakat dan kehidupan pribadinya.

Pancasila juga tidak menomorsatukan suku Jawa dibanding suku Batak, Madura, suku Amungme di Papua atau suku Sabu di Nusa Tenggara Timur.  Pancasila merangkul semua nilai-nilai itu sehingga bisa diterima oleh banyak pihak. Inilah kunci kenapa satu ras atau satu golongan tidak merasa lebih tinggi atau merasa lebih rendah di Indonesia. 

Pancasila sudah mengakomodasi semua kepentingan sehingga bisa berjalan selaras. Berbeda dengan aturan suku Arya maupun Apartheid yang menyengsarakan dan memakan banyak korban itu.

Sehingga tak heran jika banyak orang asing yang terkesan dengan Indonesia. Kita dinikai bisa mengimplementasikan persatuan di atas banyaknya perbedaan yang ada di negara kita.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun