Mohon tunggu...
Telisik Data
Telisik Data Mohon Tunggu... Penulis - write like nobody will rate you

Fakta dan data otentik adalah oase di tengah padang tafsir | esdia81@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

HUT PDIP, Ganjar Disembunyikan ataukah Diabaikan Mega?

11 Januari 2023   12:15 Diperbarui: 11 Januari 2023   14:40 520
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ganjar Pranowo menghadiri HUT PDIP ke-50 (Foto: Kompas.com/KristiantoPurnomo).

Gerindra yang kita tahu sedang memainkan drama Sandiaga gabung PPP. Tarik ulur tersebut mirip sandiwara KLB Demokrat atau friksi Ganjar-Puan. Sesuatu yang dapat digunakan sebagai  marketing brand partai.

Dalam kasus Gerindra tampak bahwa partai mempertahankan Prabowo sebagai status quo calon tetapi nama Sandiaga juga harus tetap di permukaan agar tidak dilupakan publik. Plan B.

Kemudian tentang Anies Baswedan, hingga saat ini belum nyata akan berlabuh di partai mana. Surya Paloh memosisikan Anies sebagai seolah capres mungkin untuk mempelajari aksi reaksi yang akan timbul. Apakah Anies memang akan benar jadi capres definitif atau tidak, itu soal lain.

Meskipun Nasdem menyatakan mengusung Anies sebagai kandidat tetapi dia bukanlah kadernya. Atau semacam kader semu di mana dengan posisi tersebut Nasdem leluasa bermain untuk menentukan posisi pendamping Anies.

Berbeda jika nyata-nyata Anies sudah kader Nasdem. Posisi Surya Paloh akan lebih sulit dalam bernegosiasi dengan calon-calon mitranya seperti PKS dan Demokrat, atau partai lain.

Dengan volatilitas eksternal partai yang masih sangai liar maka opsi strategi terbuka Mega adalah sebuah kebodohan. PDIP tidak akan membiarkan dirinya sebagi acuan pertama dalam penentuan taktik-strategi partai lain karena tentu hal ini hanya akan menjadi bulan-bulanan saja.

Terkait calon jadi, jika kita menarik kronologi ke belakang saat Pilpres 2014,maka unsur elektabilitas bagi PDIP jelas penting.

Mega tahun 2014 jelas masih bisa maju dibanding sekarang di mana ada selentingan isu dia akan maju lagi. Panda Nababan mengatakan bahwa kabar itu maha tersesat. Jelas tak mungkin karena Mega tentu tak ingin berspekulasi gegabah pada saat sekarang tinggal menikmati era kejayaan partainya.

Tahun 2014 ketika menyadari dirinya sudah kalah elektabilitas dibanding Jokowi, Mega berani memutuskan untuk mundur dan memilih jadi king maker. Sekarang pun tampaknya akan berpola begitu. Dalam fase krusial di saat Jokowi tak bisa lagi maju maka perhitungan harus lebih hati-hati.

Andai koalisi PDIP-Gerindra kemudian terbukti maka dengan Prabowo capres maka PDIP lebih leluasa mengajukan apakah Ganjar atau Puan sebagai wakil. Hal ini dengan asumsi bahwa suara Prabowo masih mampu kompetitif mengungguli Anies.

Tak mungkin PDIP ikut mengusung Prabowo-Sandiaga dalam kesempatan tersebut. Artinya posisi Sandiaga juga sudah harus jelas. Kemungkinan Gerindra bermain dua kaki dengan mengirim Sandiaga untuk "menyeberang" keluar partai perlu dipertimbangkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun