Mohon tunggu...
Telisik Data
Telisik Data Mohon Tunggu... Penulis - write like nobody will rate you

Fakta dan data otentik adalah oase di tengah padang tafsir | esdia81@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Menikmati Suasana Lebaran di "Tjisoeroepan" Garut Zaman Kolonial

9 Mei 2021   07:20 Diperbarui: 9 Mei 2021   14:56 3047
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak-anak berkumpul di alun-alun Cisurupan pada saat lebaran pada tahun 1935-an (digitalcollections.universiteitleiden.nl/ deepai.org).

Beberapa hari lalu, oleh karena khawatir muncul kluster baru Covid-19, pemerintah akhirnya membatasi pengunjung ke Pasar Tanah Abang. Meski masih pandemi kelihatannya ekonomi sudah mulai menggeliat. Hasrat berbelanja tumbuh seiring lebaran yang kian mendekat.

Pasar Tanah Abang merupakan pusat grosir sandang di tanah air. Pengunjungnya adalah para pembeli untuk kebutuhan sendiri atau pedagang yang akan menjualnya kembali. Biasanya  saat puasa tinggal  10 hari terakhir banyak umat Islam membeli pakaian baru terutama untuk anak-anak.

Pakaian baru --termasuk sepatu, sandal-- kerap menjadi tujuan anak-anak untuk menamatkan puasa sebulan penuh. Hal itu sudah merupakan syarat umum yang dikatakan orang tua sejak awal Ramadan.

Bagi orang tua memberikan hadiah itu sudah merupakan kiat turun temurun untuk melatih anak-anak puasa sejak dini. Walaupun kadang-kadang terasa berat tetapi orang tua lebih tak tega lagi jika anak-anaknya tidak bergembira saat lebaran.

Jika kita melihat kembali ke masa silam tradisi memakai baju baru lebaran tidak hanya di kota-kota saja. Warga desa yang jauh dari jalan raya ikut pula bergairah menyambut lebaran. Mereka menyiapkannya dengan kemampuan keuangan yang ada dan pengetahuan mode seadanya juga.

Salah satu rangkaian potret jadul dari zaman kolonial sempat mengabadikan keriaan anak-anak saat Idul Fitri di Cisurupan, sebuah desa di Garut. Pada waktu itu trend pakaian lebaran agaknya adalah sarung, kemeja putih, dan peci untuk laki-laki sementara yang perempuan mengenakan kebaya dan kain.

Tidak diketahui kapan persisnya dan siapa yang mengambil gambar. Menurut pengelola dokumentasi  di Universitas Leiden peristiwa di dalam potret itu diperkirakan terjadi pada tahun 1935. Dengan pewarnaan deep AI, foto-foto hitam putih ini menjadi lebih hidup dan nyata.

Berikut rangkaian cerita gambar di mana kita dapat ikut menikmati  sukaria mereka di masa lalu.

Tiga orang anak baru keluar rumah dengan pakaian terbaik mereka hari lebaran itu (digitalcollections.universiteitleiden.nl/ deepai.org).
Tiga orang anak baru keluar rumah dengan pakaian terbaik mereka hari lebaran itu (digitalcollections.universiteitleiden.nl/ deepai.org).
Di gang kecil ini keramaian mulai hidup. Beberapa anak remaja berkebaya sudah berkumpul (digitalcollections.universiteitleiden.nl/ deepai.org).
Di gang kecil ini keramaian mulai hidup. Beberapa anak remaja berkebaya sudah berkumpul (digitalcollections.universiteitleiden.nl/ deepai.org).
Anak-anak lain yang kebanyakan sarungan sudah berkumpul di perempatan di depan warung yang tutup (digitalcollections.universiteitleiden.nl/ deepai.org).
Anak-anak lain yang kebanyakan sarungan sudah berkumpul di perempatan di depan warung yang tutup (digitalcollections.universiteitleiden.nl/ deepai.org).
Beberapa sudah berangkat ke lapangan untuk melaksanakan salat Id (digitalcollections.universiteitleiden.nl/ deepai.org).
Beberapa sudah berangkat ke lapangan untuk melaksanakan salat Id (digitalcollections.universiteitleiden.nl/ deepai.org).
Ada juga yang memilih duduk-duduk di pinggir lapangan (digitalcollections.universiteitleiden.nl/ deepai.org).
Ada juga yang memilih duduk-duduk di pinggir lapangan (digitalcollections.universiteitleiden.nl/ deepai.org).
Siang hari semakin banyak anak-anak yang berkumpul (digitalcollections.universiteitleiden.nl/ deepai.org).
Siang hari semakin banyak anak-anak yang berkumpul (digitalcollections.universiteitleiden.nl/ deepai.org).
Pulang salat Id atau bermain di lapangan berlanjut silaturahmi bersama orang tua menuju rumah kerabat di desa lain (digitalcollections.universiteitleiden.nl/ deepai.org).
Pulang salat Id atau bermain di lapangan berlanjut silaturahmi bersama orang tua menuju rumah kerabat di desa lain (digitalcollections.universiteitleiden.nl/ deepai.org).
Tampak sekali kegembiraan yang terpancar dari wajah-wajah mereka setelah sebulan --penuh atau tidak-- berpuasa.

Apabila rata-rata usia mereka saat itu 10 tahun maka pada saat ini berarti sudah 95 tahunan jika masih ada. Berdasarkan rata-rata angka harapan hidup umat Nabi Muhammad SAW yang tidak sampai 1 abad maka sebagian besar dari mereka itu tentunya sudah mendahului kita.

Mudah-mudahan Allah SWT memberikan kebahagiaan pula pada alam-alam berikutnya sebagaimana mereka peroleh saat lebaran di dunia. Allahumaghfirlahum, warhamhum, waafihi wa'fuanhum. Amiin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun