Mohon tunggu...
Telisik Data
Telisik Data Mohon Tunggu... Penulis - write like nobody will rate you

Fakta dan data otentik adalah oase di tengah padang tafsir | esdia81@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Gus Dur Dikaitkan Polemik Museum SBY-ANI, Tuhan Tidak Suka

20 Februari 2021   23:32 Diperbarui: 21 Februari 2021   00:18 501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gus Dur, SBY dan Ani Yudhoyono (sites.google.com/ Pustaka Pejaten).

Rachlan Nashidik membela marwah SBY yang mendapat kucuran anggaran 9 milyar untuk pembangunan museumnya di Pacitan. Akibat dana bantuan itu SBY dan Demokrat disentil kanan dan kiri. Sayang  sekali pembelaan yang dilakukan kader Demokrat itu ternyata menjadi blunder akibat salah baca berita.

Kompas.com tahun 2010 yang dirujuk Rachlan memberitakan rencana pengembangan area makam Gus Dur dalam rapat terbatas. Presiden RI keempat itu menghadap Illahi tanggal 30 Desember 2009.

Usai rapat, Agung Laksono sebagai Menko Kesra pada masa itu menyampaikan bahwa pemerintah akan menganggarkan dana 180 milyar untuk keperluan tersebut. Sementara itu tanggapan dari pihak keluarga menyampaikan bahwa dalam adat NU makam tidak perlu dibangun lagi.

Karena makam tidak ada yang perlu diutak-atik lagi, dana itu kemudian oleh pemerintah akan digunakan untuk fasilitas lain seperti lahan parkir, jalan, perpustakaan, dan museum. Pengeluaran itu ditanggung bersama secara gotong royong oleh pusat, provinsi, dan kabupaten.

Berita itu jelas keliru dibaca oleh Rachlan Nashidik. Ia menyimpulkan bahwa 180 milyar itu untuk pembangunan makam Gus Dur. Pesan yang ingin disampaikan bahwa dana 9 milyar untuk museum SBY-ANI tidak ada apa-apanya dibanding 180 milyar untuk makam Gus Dur.

Faktanya tidak demikian. Jelas eksplisit dalam berita Kompas itu.

Agung Laksono, sebagai Menko Kesra (kompas.com, 20/9/2010):

"Sesuai permintaan keluarga, bukan makamnya. Tapi lingkungannya sehingga jumlah peziarah yang ribuan tiap hari akan nyaman dan memperoleh manfaat yang baik, lalu akan merasa nyaman."

Akan tetapi narasi yang disampaikan Rachlan seolah terfokus pada makam Gus Dur. Ia juga lupa bahwa keluarga Gus Dur tidak dalam posisi memerlukan atau meminta anggaran dari pemerintah. Terlebih lagi ide membangun museum Gus Dur. 

Berbeda dengan konteks pembangunan museum SBY-ANI di mana jelas wujudnya ada di Pacitan. Pemkab Pacitan pernah pula melayangkan proposal permintaan bantuan dana ke Pemprov Jatim.

Rachlan Nashidik tentang museum SBY (twitter.com, 17/2/2021):

Pertama, bukan museum keluarga. Kedua, inisiatif pendanaan datang dari Pemprov -- itu juga cuma sebagian. Terbesar berasal dari sumbangan dan partisipasi warga. Ketiga, sebagai pembanding, Anda tahu makam Presiden Gus Dur dibangun negara?

Kasus salah baca Rachlan tersebut tentu membuat keluarga Gus Dur tidak nyaman. Alissa Wahid mengklarifikasi bahwa makam Gus Dur dibiayai sendiri oleh keluarga almarhum di Ciganjur. Bahkan Ponpes Tebu Ireng sendiri sebagai pemilik lokasi makam menghormati keputusan keluarga inti almarhum.

Mengenai kucuran anggaran negara yang disampaikan Agung Laksono, putri Gus Dur tersebut menyatakan bahwa alokasinya lebih diutamakan untuk fasilitas peziarah yang jumlahnya mencapai 1,5-2 juta per tahun. Termasuk pula memfasilitasi warga yang membuka usaha. Jadi bukan untuk pembangunan makam  seperti yang dicuitkan Rachlan sebagaimana yang jelas ditulis dalam berita kompas.com itu juga.

Berkaitan dengan kompleks makamnya sendiri menurut Alissa memang ada sedikit bantuan dari pemerintah untuk pemeliharaan. Tetapi bantuan tersebut adalah untuk makam K.H Hasyim Asy,ari dan K.H Wahid Hasyim dalam kapasitasnya sebagai pahlawan nasional. Makam Gus Dur tidak termasuk dalam daftar penerima bantuan.

Alissa Wahid (twitter.com, 20/2/2021):

Bang @RachlanNashidik , makam #GusDur sampai saat ini dibiayai oleh keluarga Ciganjur, termasuk prasasti. PP Tebuireng pun hormati ini. Dana Negara tidak untuk makam tetapi utk jalan raya, lahan berjualan warga. Maklum, ada 1,5-2 juta peziarah setiap tahun. Negara urus ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun