Mohon tunggu...
Telisik Data
Telisik Data Mohon Tunggu... Penulis - write like nobody will rate you

Fakta dan data otentik adalah oase di tengah padang tafsir | esdia81@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menyoal TNI Orba di Titik Terendah Gatot Juga Menyinggung Titiek

5 Desember 2020   07:05 Diperbarui: 5 Desember 2020   07:28 1121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presidium Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) Gatot Nurmantyo bersama Titiek Soeharto (Instagram/@titieksoeharto).

Pada zaman Pak Harto, rapat aktivis mahasiswa itu harus gelap. Dan tidak menjamin aparat tak bisa mengendus gerakan klandestin tersebut.

Masa itu posisi sekretariat selalu bisa bocor kenang seorang aktivis senior dalam satu kesempatan. Salah satu bentuknya yaitu kiriman surat cinta dari Koramil atau Korem meski alamat dikamuflase sedemikian rupa.

Pernak-pernik bagaimana kuatnya cengkeraman aparat di leher warga tentu ada banyak cerita. Tidak hanya mahasiswa, kelompok lain seperti pegawai negeri, buruh, dan petani, semuanya tak luput dari pengawasan pihak keamanan.

Kondisi tersebut secara tepat dikatakan Gatot Nurmantyo sebagai kondisi TNI pada titik yang paling rendah. Kondisi di mana militer dijadikan alat kekuatan oleh segelintir elit politik. Gatot mengatakan hal itu dalam webinar yang digelar KAMI Jumat malam (cnnindonesia.com, 04/12).

Mantan panglima menyorot peran TNI yang dianggap harus kembali ke jalur profesionalisme. Angkatan bersenjata yang dulu disebut ABRI itu kini sedang ditarik menjadi kekuatan politik seperti pada era orde baru dahulu.

Gatot Nurmantyo, Presidium KAMI:

"Kalau kita melihat perkembangan situasi yang terjadi akhir-akhir ini ada warning, peringatan, bahwa TNI telah terlihat menjadi seperti pada tahun orde baru yang lalu. Ada usaha-usaha untuk menarik (TNI) menjadi kekuatan. 

Inilah yang dulu menyebabkan ABRI jatuh pada titik paling rendah." 

Jika melihat konteks, yang dimaksud Ketua Presidium KAMI itu jelas erat kaitannya dengan aksi TNI belakangan ini.

Siang tadi PPRC (Pasukan Pemukul Reaksi Cepat) unjuk taring dengan menggelar apel kesiagaan di JICT II. Sebelumnya, Panglima TNI Hadi Tjahjanto mengadakan inspeksi kesiagaan pasukan khusus TNI tiga matra: Koppassus, Marinir, dan Paskhas.

Apel siaga Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) di pelabuhan JICT II Jakarta, 04/12/2020 (detik.com).
Apel siaga Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) di pelabuhan JICT II Jakarta, 04/12/2020 (detik.com).
Puncak "ketegangan" sendiri terjadi beberapa hari lalu ketika konvoi kendaraan Koopssus lewat markas DPP FPI di Petamburan. Juga aparat Kodam Jaya yang serentak menurunkan baliho-baliho ilegal di berbagai sudut kota. Keterlibatan tersebut mendapat sorotan oposisi dan serta merta mencoba dialihkan kepada isu gerakan separatis di Papua.

Apakah OPM Papua itu begitu besar hingga Jakarta harus diabaikan?

Mestinya sama-sama, di mana pun ancaman terhadap stabilitas NKRI berada maka ke sana pula TNI harus siap dikirim.  Untuk itulah PPRC dipersiapkan hari ini, memberikan reaksi kilat tak lebih dari 1x24 jam jika sewaktu-waktu diperlukan.

Tidak hanya Papua atau Jakarta, tetapi juga di Tinombala, Pamekasan, Makassar, dan daerah lain sekarang sedang ikut memanas. Di Majalengka dan Pelabuhan Ratu tiba-tiba muncul pula seruan azan jihad. Memang jika dihitung-hitung ternyata ada banyak gangguan kamtibmas pada tiga hari awal Desember ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun