Tommy masih diberi kedudukan mulia dalam DPP edisi Muchdi PR, sebagai ketua dewan pembina. Namanya ditulis paling tinggi sendiri sementara Muchdi PR sebagai ketua umum ditulis beberapa larik di bawah Tommy.
Di mana-mana di Indonesia  dewan pembina itu adalah posisi elit. SBY posisinya semacam dewan pembina di Demokrat, istilahnya majelis tinggi. Demikian pula Prabowo di Gerindra. Dalam jagat per-ormas-an, Pimpinan FPI Rizieq Shihab adalah Pembina PA 212.
Tapi putra bungsu mantan presiden orde baru bergeming, maunya posisi ketum bukan pembina. Mungkin Tommy tak mau identik dengan kakak pembina. Terdengar seperti gerakan Pramuka. Ini politik bung!
Usai pemilu Titiek sempat berbaur bersama massa. Demo di jalan raya depan MK. Terakhir penampilannya di muka publik yaitu saat berdampingan dengan  Gatot Nurmantyo dalam acara deklarasi KAMI di Jakarta.
Padahal dahulu rezim Soeharto-lah yang didemo. Zaman sungguh-sungguh tlah berubah. Seperti roda Avanza, kadang di atas kadang di bawah. Kalau diam berarti lagi parkir.
Pemerintahan Soeharto diterpa demo besar beberapa kali. Yang terkenal yaitu demo Malari medio Januari 1974. Kemudian Kudatuli, 27 Juli 1996. Terakhir yang menjadi pengantar Soeharto lengser masuk kotak adalah demo reformasi 1998.
Soekarno juga didemo massa menjelang detik-detik turun dari panggung  politik. Sekitar tahun 1966. Yang terkenal yaitu demo-demo KAMI. Tetapi KAMI ini bukan KAMI-nya Gatot Nurmantyo. KAMI '66 singkatan dari Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia; KAMI 2020 versi Gatot yaitu kependekan dari Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia.
Mungkin ya bisa tidak.
Bisa dianggap iya karena galib di Indonesia (dan dunia) rezim-rezim yang pernah berkuasa selalunya melahirkan dinasti-dinasti. Ada dinasti Soekarno, dinasti Soeharto, dinasti SBY; sekurang-kurangnya dinasti dalam lingkup partai. Hanya dinasti Soekarno yang berhasil  masuk istana dua kali: Soekarno dan Megawati. Jika dihitung kompatriotnya yang separtai, Jokowi, berarti sudah 3 orang. Entah dengan Puan Maharani nanti.