Mohon tunggu...
Telisik Data
Telisik Data Mohon Tunggu... Penulis - write like nobody will rate you

Fakta dan data otentik adalah oase di tengah padang tafsir | esdia81@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Tiga Warisan Jenderal Senior Bekal Pilpres Gatot Nurmantyo

28 September 2020   05:41 Diperbarui: 28 September 2020   13:12 3145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Jokowi bersama Gatot Nurmantyo saat masih menjabat Panglima TNI (Foto: Antara/ Yudhi Mahatma).

Modal  kedua yang sedang dikapitalisasi Gatot adalah mantra korban penzaliman; playing victim pemecatan.

Sudah terbukti ide zalimisasi ini berhasil pada era SBY yang dipecat Presiden Megawati. SBY  yang dahulu menjadi menkopolhukam sukses mengemas isu pemecatan untuk meraih simpati publik menjelang pilpres.

Hasil akhirnya sungguh mujarab, SBY keluar sebagai pemenang tanpa kesulitan yang berarti. Setelah berkuasa, langkah berikutnya menghadapi pilpres periode kedua semakin enteng. Lawan main sekaligus  mantan bosnya, Megawati,  terpaksa puasa gelar dua musim berturut-turut.

Nasib Gatot mirip dengan SBY, sama-sama pecatan presiden PDIP. SBY ditendang Mega, Gatot didepak Jokowi. Bukan didepak kata Fadli Zon yang kini jadi partner Jokowi  bakda penyematan Bintang Mahaputera. Gatot berhenti karena memang sudah waktunya ngaso, kilahnya.

Namun Gatot  bersikeras mengungkit dan mengangkat kasus pemecatan dirinya sebagai  Panglima TNI. Faktanya, Gatot  di-reshuffle  empat  bulan sebelum  masa pensiun tiba. Menurutnya itu adalah pemecatan.

Soal alasan mengapa mesti dipecat tentu tergantung siapa yang berkepentingan.

Bagi kubu petahana mungkin karena sudah membaca  gelagat politik Gatot yang bermasalah. Bagi pihak Gatot sendiri  --agar nyambung dengan wacana anti-komunis-- sebab pemecatan dinarasikan akibat ngotot agar nobar film PKI jadi agenda tahunan. Setiap September.

Apa pun, yang jelas saat ini Gatot sedang mencoba mengambil keuntungan dari narasi pemecatan dirinya  untuk meraih  simpati seperti SBY dulu. Syukur-syukur orang percaya. Kalau tidak, sekurang-kurangnya Gatot punya wacana  yang bisa disampaikan kepada publik. Kandidat capres tanpa wacana itu ibarat komika di panggung yang lupa cerita. Mau apa coba?

Vaccum of power oposisi

Setelah dua modal politik tadi sekarang kita membahas modal berikutnya. Modal ketiga Gatot Nurmantyo  adalah modal posisi, sebagai oposisi.

Dulu yang  berperan sebagai pusat gravitasi kubu oposan adalah Prabowo dan sekarang sudah jadi bala Jokowi. Otomatis kursi oposisi berada dalam kekosongan yang nyata, vaccum of power. Gatot cerdas mewarisi  peluang ini sebelum yang lain sadar sepenuhnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun