Mohon tunggu...
Telisik Data
Telisik Data Mohon Tunggu... Penulis - write like nobody will rate you

Fakta dan data otentik adalah oase di tengah padang tafsir | esdia81@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Bintang Mahaputera Bukan untuk Amien Rais, Putranya yang Malah Dipolisikan

14 Agustus 2020   17:38 Diperbarui: 15 Agustus 2020   06:14 785
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Amien Rais (Foto: Antara/ Aprillio Akbar).

Masih menjadi pertanyaan yang tak terlalu menarik, mengapa Amien Rais tidak masuk nominasi Bintang Mahaputera Nararya.

Fadli Zon dan Fahri Hamzah mendapatkan penghargaan Bintang Mahaputera karena jasa-jasanya sebagai pimpinan di DPR dan karena gemar  melontarkan kritik, katanya. Lalu apa yang kurang dari Amien Rais?

Sebagai tokoh kasta tertinggi di tanah air dalam bidang politik prestasi Amien lumayan mantul, pernah menjadi Ketua MPR. Sementara, Fadli-Fahri levelnya baru sampai wakil ketua DPR. Kontribusi dalam per-parpol-an juga mantap, Amien adalah pendiri PAN. Sayang sekali hari ini harus tersingkir dari partai yang digagasnya itu.

Selain jabatan di parlemen, dalam hal urusan kritik mengkritik Amien Rais itu ibaratnya sudah pro. Kalau Fadli-Fahri masih amatir; yang  suka cerewet atau gaduh saja.

Kritik Amien Rais  keluaran terbaru adalah soal pengamalan Pancasila dan politik belah bambu ala istana. Syukurlah masih ada unsur Pancasila yang terkandung dalam kritiknya; daripada gagasan khilafah?

Menurut ayah dari politisi junior Mumtaz Rais ini, pengamalan Pancasila memprihatinkan. Indonesia di bawah Jokowi seolah sedang menuju madesu. Masa depan suram. 

Amien Rais, kritik terkini (detik.com, 12/08/2020):

"Kekuatan anti-ketuhanan nampak semakin beringas dan berani. Kemanusiaan kita bisa dikatakan cenderung menjadi kemanusiaan agak zalim dan tidak lagi beradab.

...

Sampai sekarang penyakit politik bernama partisanship itu tetap menjadi pegangan rezim Pak Jokowi dalam menghadapi umat Islam yang kritis, terhadap kekuasaannya. Para buzzer bayaran, dan para jubir Istana di berbagai diskusi atau acara di banyak stasiun televisi semakin menambah kecurigaan banyak kalangan terhadap politik Jokowi yang beresensi politik belah bambu. Menginjak sebagian dan mengangkat sebagian yang lain." 

Menyimak kritik politisi senior asal Solo  ini memang betul terasa bumbu Pancasila  yang cukup berani; tiap sila diulas satu per satu dalam racikan pas dan diaduk dengan merata. Kesan after taste-nya cocok. Akan tetapi soal tafsirnya tentu soal lain, aroma  yang keluar murni berdasarkan sudut pandang dan selera khas Amien sebagai koki.

Alih-alih mengecam praktik intoleransi yang masih marak, Amien menilai justru sekarang ada gejala gerakan anti-ketuhanan yang semakin beringas. Umat Islam juga sedang dibelah;  sebagian diinjak, sebagian diangkat. Itulah yang dinamakan politik belah bambu yang terjadi pada era pemerintah Jokowi menurut Amien.

Posisi Amien sendiri secara politik memang masih berdiri di seberang istana. Relasi dan komunikasi personal Amien-Jokowi juga tampaknya masih tanda-tanya dibanding duet maut Fahri-Fadli.

Fadli Zon gitu-gitu juga ternyata kerap punya momen bareng Jokowi, baik di istana maupun di rumahnya. Demikian juga dengan Fahri.

Sebelum memperoleh Bintang Mahaputera, Fahri sempat lapor Jokowi berkaitan dengan Parpol Gelora yang didirikannya bersama Anis Matta. Dalam kesempatan tersebut Fahri mengaku melepas kangen, artinya sudah lama tidak bertemu. Jangan-jangan inilah maksud arah baru Fahri itu. Dulu dukung Suharto, sekarang merapat petahana.

Fahri Hamzah berfoto bersama Jokowi di istana (twitter.com/ @fahrihamzah via tribunnews.com).
Fahri Hamzah berfoto bersama Jokowi di istana (twitter.com/ @fahrihamzah via tribunnews.com).
Amien Rais? Kapan bicara empat mata atau beberapa pasang mata bersama Jokowi? Kasih tahu saya kalau keliru.

Dulu sempat ada tarik ulur memang, pertemuan Amien-Jokowi yang mirip  "romantisme" malu-malu mau hubungan SBY-Mega yang sempat trending jadi guyonan politik. Ada yang ingin ketemuan tetapi gengsi ngajak janjian. Jadinya hanya sebatas status mantan di beranda medsos saja. Dulu.

Soal ketemuan ini, agaknya Amien ingin Jokowi yang sowan ke rumahnya; sebagai adik kelas kepada seniornya di UGM, atau sebagai politisi edisi belakangan dibanding dirinya yang kawakan. Tambahan pula, ada "sesuatu" yang katanya ingin ia sampaikan langsung kepada Jokowi.

Tetapi mana mau geng Jokowi begitu; menuruti kehendak Amien. Juga kelompok nasionalis lain yang tentunya menganggap Jokowi sebagai simbol negara.

Amien Rais (liputan6.com, 30/05/2018):

"Dan saya akan sampaikan sesuatu yang saya inginkan, sangat santun, sopan, dan etis lah ya, jangan khawatir. Emang sebaiknya dia datang ke rumah saya. .... Jadi untuk tambahan, dulu Pak SBY dan Bu Ani juga pernah datang ke rumah saya. Jadi saya tidak ingin negara besar, keluarga besar ini kemudian retak karena simpang siur."

Hingga sekarang pertemuan itu belum ada isyaratnya lagi. Itu tadi, meskipun PAN sudah membuka peluang aliansi dengan inkumben tetapi Amien sudah tidak berada di jajaran pengambil keputusan.

Presiden Jokowi didampingi Wapres Maruf Amin saat berbincang dengan Fadli Zon dan Fahri Hamzah dalam acara penyerahan Bintang Mahaputera Nararya (Biro Pers Sekretariat Presiden).
Presiden Jokowi didampingi Wapres Maruf Amin saat berbincang dengan Fadli Zon dan Fahri Hamzah dalam acara penyerahan Bintang Mahaputera Nararya (Biro Pers Sekretariat Presiden).
Kesimpulan, kemungkinan Bintang Mahaputera Nararya untuk Fadli-Fahri itu memang politis nyata. Andai mengesampingkan soal politik itu maka seharusnya Amien Rais dapat dua bintang, karena duo F mendapatkannya satu. Bungkus gado-gado yang ekstra pedas saja karet gelangnya suka dikasih dua, sebagai tanda.

Menarik tanpa harus terjerembab ke dalam teori konspirasi, di tengah polemik Bintang Mahaputera ada kabar putra Amien Rais yaitu Mumtaz Rais malah dipolisikan pejabat KPK. Tetapi sekali lagi, ini tidak ada hubungannya dengan kritik bapaknya atau karena masalah penilepan uang negara.

Rabu lusa kemarin Mumtaz Rais dipolisikan ke Polsek bandara oleh pimpinan KPK Nawawi Pomolangu karena gaduh bertelepon ria di pesawat (kompas.com, 14/08/2020). 

Pada waktu itu Mumtaz ditegur kru karena dianggap mengganggu tetapi yang bersangkutan malah muntab. Nawawi dibentak, demikian pula  awak kabin . 

Buntut kericuhan di atas pesawat kemudian dilanjutkan di darat. Nawawi Pomolangu melaporkan ulah Mumtaz  yang dianggap tidak menyenangkan atau mengganggu penumpang dalam penerbangan. Alhasil urusannya kemudian masuk kantor polisi di Bandara Soetta itu. 

Tidak ada hubungannya dengan politik, apalagi dengan perdebatan seputar penganugerahan Bintang Mahaputera Nararya. Insiden Mumtaz Rais di dalam pesawat itu adalah murni masalah pengendalian diri.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun