Mohon tunggu...
Telisik Data
Telisik Data Mohon Tunggu... Penulis - write like nobody will rate you

Fakta dan data otentik adalah oase di tengah padang tafsir | esdia81@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Koalisi Jokowi Terkoreksi, Elektabilitas Prabowo dan PDIP Terjun Bebas

10 Juni 2020   12:20 Diperbarui: 10 Juni 2020   15:02 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prabowo Subianto (kanan) saat hadir dalam Kongres V PDIP di Bali (tribunnews.com).

Gerindra memang juga menurun elektabilitasnya menurut survei Indikator, tetapi Prabowo-nya yang jatuh lebih parah. Hal tersebut bertolak belakang dengan perolehan  yang diraih Jokowi-PDIP.

Dalam laporan Februari, Gerindra memiliki elektabilitas 16,2 persen yang berarti turun 1 persen menjadi 15,2 persen pada saat ini. Sementara Prabowo yang dulunya menjulang setinggi 22,2 persen sekarang menjadi lebih tawadhu, cukup 14,1 saja.

Dengan hasil tersebut, elektabilitas Prabowo terpangkas signifikan dibanding kompetitor terdekatnya. Februari, Prabowo masih terpaut lebih dari 10 persen dari Anies Baswedan yang jadi runner up. Sementara saat ini selisih Prabowo dengan Ganjar Pranowo di posisi dua hanya 3,3 persen saja. Meskipun masih menang tetapi penurunan selisih dari 10 persen jadi 3 persen adalah alarm bahaya yang harus diperhatikan.

Prabowo seperti dikatakan Sekjen Gerindra siap maju dalam  Pilpres 2024.

Ahmad Muzani (tempo.co, 10/ 06/ 2020):

"Selama kekuatan, selama hayat masih dikandung badan, selama itu diminta oleh kader, selama partai memanggilnya, beliau (Prabowo) Insya Allah akan siap menghadapi, akan siap memikul beban tugas partai tersebut." 

Jika arah koalisi Gerindra-PDIP tetap fixed hingga 2024 maka Prabowo bisa berdampingan dengan Puan yang elektabilitasnya masih 1,4 persen. Memang skor Ketua DPR itu masih jauh dibanding kandidat-kandidat yang berlatar belakang sebagai kepala daerah. Tetapi modal politik Puan cukup besar dan penilaian survei masih bisa berubah.

Peluang duet Prabowo-Ganjar juga bisa terjadi asalkan elektabilitas Ganjar konsisten 2 digit dan Ketum PDIP nanti mau berbesar hati. Tetapi Prabowo sendiri tentulah harus introspeksi diri. Selain lewat prestasi sebagai menteri pertahanan, relasinya dengan kalangan jurnalis juga mesti direnovasi. Kalau perlu berubah dari media enemy dahulu menjadi media darling sekarang.

Dalam kabinet saat ini bintang Prabowo boleh dikatakan tidak redup tidak juga cemerlang, biasa-biasa saja. Tetapi jika dibandingkan dengan Menhan Ryamizard pada masanya, Prabowo relatif terlihat kurang pede.

Dua kemunculannya yang cukup dikenal publik adalah ketika berkomentar soal Natuna dan kesaksian bahwa Jokowi bekerja keras. Sebagai menhan tentu Prabowo sebenarnya bisa lebih dari itu. Selama momentum Covid-19 Prabowo relatif jarang tampil di media dengan impact  yang mengesankan.

Dominannya Menko Luhut di antara menteri-menteri Jokowi tidak bisa jadi alasan ciutnya penampilan Prabowo. Toh dulu juga Ryamizard Ryacudu bersanding dengan Luhut, dan tetap eksis hingga kadang malah terasa sedikit berlebihan.

Apakah Prabowo traumatik menghadapi tekanan publisitas para kuli tinta?

Selama masa-masa kampanye pilpres dahulu Prabowo kerap berseteru dengan awak media yang mana tentu perlu waktu untuk memulihkannya lagi. Tetapi jika tetap buruk bagaimana mau maju pilpres jika hubungan dengan media tidak bagus. Rakyat tentu tidak menginginkan pemimpin yang alergi terhadap sorotan kamera.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun