Dalam kongres partai yang ia rintis sendiri, PAN, Amien terdepak secara  tragis dan lalu dikucilkan elit kepengurusan pusat. Kalah cekatan (atau kalah logistik) melawan manuver mantan anak buahnya sendiri. Diam-diam sang founding father mungkin perlu bersyukur, proses kaderisasi kelihaian bermanuver sudah sukses ditransformasi.
Jika Amien saja terbukti sedang gagal, apatah lagi seorang Din. Kompetensi politiknya belum cukup meyakinkan untuk menggerakkan sebuah mekanisme massa yang mengarah pada pemakzulan presiden. Sebagai pembicara webinar intelektualitasnya mungkin relevan, tetapi merealisasikan dalam tindakan nyata adalah soal lain yang sangat berbeda.
Meski sama terlahir dari rahim Muhammadiyah seperti Amien Rais, karier Din Syamsuddin lebih menonjol dalam urusan ukhrawi. Dari segi keilmuan Amien juga sebenarnya sudah cukup ustadz jika dibandingkan dengan Din; dan sebaliknya, secara instingtif bisa jadi Din punya bakat politik seperti Amien. Namun waktulah yang kemudian jadi penentu. Garis tangan karier hidup punya skenarionya masing-masing.
Sementara Amien lebih banyak berurusan dengan habluminannas, Din lebih cenderung berkutat dalam bidang habluminallah dan urusan akademis.
Tercatat di kompas, pencapaian karier politik tertingginya adalah "mendapat kabar" masuk bursa capres/ cawapres tahun 2008 dan kemudian "dikabarkan" masuk bursa cawapres lagi tahun 2018. Tahun 2008 isunya adalah terdaftar dalam list cawapres Megawati, sedangkan 2018 untuk cawapres Jokowi.
"Sehingga modal ini (memimpin Muhammadiyah dan MUI) saya rasakan dapat dimanfaatkan jika mendapatkan kesempatan. Oleh karena itu, saya tidak mau berbasa-basi waduh pura-pura nggak mau gitu. Namun, kan selalu saya katakan, saya tahu diri."
Karier Din jauh lebih menonjol dalam struktur organisasi keagamaan ketimbang mengelola massa partai. Pernah memimpin Muhammadiyah tahun 2005-2015 serta MUI pusat meski cuma sebentar tahun 2014-2015.
Sedikit pengalaman organisasi kepartaian memang ada yaitu sebagai Wakil Sekjen DPP Golkar, itu pun sudah lama, tahun 1998-2000. Jabatan lainnya kebanyakan didominasi posisi wakil, member, chairman, atau president dari organisasi-organisasi yang kurang populer.
Lalu sekarang tiba-tiba Din berbicara pemakzulan presiden, apa tidak keliru? Jangan-jangan cuma blow up media saja sekadar mengisi jeda yang ditinggalkan Amien Rais.
Syarat-syarat normatif bisa dipelintir menyesuaikan emosi pembicara webinar, tetapi fakta yang ada terlalu jauh jika dibandingkan dengan saat-saat tuntutan mundur Soeharto dikumandangkan. Pada saat mahasiswa seantero negeri bergerak, Soeharto sudah "terlambat" mundur 22 tahun jika dihitung menurut standar maksimal periode masa jabatan kepresidenan saat ini. Dan selama perpanjangan waktu tersebut yang dirasakan rakyat lebih pada dominasi partai penguasa yaitu Golkar, tempat bernaungnya Din Syamsuddin.
Sekarang semua sudah cukup lelah menghadapi corona yang belum juga ketemu vaksinnya, saatnya menghemat sumber daya.Â