Mohon tunggu...
Telisik Data
Telisik Data Mohon Tunggu... Penulis - write like nobody will rate you

Fakta dan data otentik adalah oase di tengah padang tafsir | esdia81@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Travelling Anda Kurang Happy, 6 Hal Ini Bisa Jadi Penyebabnya

16 Desember 2019   04:14 Diperbarui: 16 Desember 2019   10:56 557
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi liburan impian| Sumber: Thinkstock via Kompas.com

Bepergian atau travelling yang menyenangkan adalah idaman semua orang. Pengalaman baru, semangat baru, sudut pandang baru, bahkan mungkin teman atau ...pacar baru, dapat diperoleh selepas kita melakukan suatu perjalanan.

Konon ketika Mark Zukerberg lagi suntuk-suntuknya di masa awal membangun Facebook, founder Apple, Steve Jobs, memberi saran agar dia mengunjungi India untuk beberapa lama.

Ada banyak tujuan seseorang bepergian. Dalam tulisan ini yang akan kita bicarakan adalah perjalanan untuk keperluan wisata. Namun tidak menutup kemungkinan terjadi juga pada jenis-jenis perjalanan yang lain.

Persiapan yang matang adalah kunci agar perjalanan berlangsung lancar dan menyenangkan. Apalagi jika membawa rombongan yang cukup banyak, misalnya liburan tahunan pegawai di kantor kita.

Tim survei diperlukan untuk memastikan kita memperoleh space yang ideal di lokasi tujuan. Tim ini juga perlu mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan yang bakal dihadapi selama perjalanan berangkat, kondisi di tempat tujuan, hingga saat rombongan pulang.

Kesenjangan antara ekspektasi liburan dengan kenyataan sesungguhnya (www.boredpanda.com).
Kesenjangan antara ekspektasi liburan dengan kenyataan sesungguhnya (www.boredpanda.com).
Di kantor saya dahulu, selalu ada tim kecil untuk mengecek destinasi yang hendak dikunjungi. Memang menyenangkan bagi yang ditunjuk jadi anggota tim itu, dan berarti biaya tambahan yang menjadi beban kantor. Tetapi dengan tim survei ini risiko gagal travelling dapat dieliminasi sekecil mungkin.

Selain soal survei pendahuluan, berikut ini ada beberapa hal yang perlu diwaspadai agar keceriaan kita selama pelesiran tidak terganggu. Jika tidak, alih-alih kebahagiaan malah mungkin kekecewaan yang terbawa hingga kita pulang kembali ke rumah.

Perlengkapan penting tertinggal

Perlengkapan travelling (www.thewirecutter.com).
Perlengkapan travelling (www.thewirecutter.com).
Bagi penulis, handphone dan jaket adalah dua hal penting sebelum bepergian; selain uang dan kartu identitas tentunya.

Ponsel pintar sudah menjadi alat komunikasi utama pada saat ini. Selain untuk berkomunikasi, ponsel kekinian juga dilengkapi dengan radio, pemutar musik, film, kamera, GPS, peta, tools pengolah kata, membuat dan mengedit video, hingga bisa jadi dompet digital untuk bertransaksi/jual beli.

Mati gaya rasanya jika baterai HP sudah mau habis. Jangankan mengambil foto atau video, sekadar akses Whatsapp saja harus dilakukan sehemat mungkin agar tidak drop sebelum bertemu colokan listrik.

Jadi, membawa HP itu termasuk juga perlengkapan tambahan lainnya yang cukup banyak sehingga perlu tas kecil untuk menampung. 

Perlengkapan itu antara lain: charger HP (yang bisa cepat mengisi), power bank, headset, dan tas atau kantong yang kedap air. Kuota internet dan pulsanya itu sudah pasti harus terisi.

Jaket termasuk perlengkapan perjalanan yang wajib bawa meskipun saat bepergian siang hari.

Selalu ada kemungkinan kita terlambat sampai tujuan sehingga harus melalui malam di tengah jalan. 

Penulis pernah mengalami sendiri hal itu, dan karena tidak membawa jaket berakibat terserang hipotermia ringan ketika melewati daerah pegunungan di Bandung, di malam hari, di dalam bis yang ber-AC!

Perlengkapan untuk keperluan perjalanan rombongan juga perlu dicermati sungguh-sungguh. Harus jelas siapa bertanggung jawab.

Dapat dibayangkan misalnya, acara game gagal berlangsung karena peralatan penunjang lupa dibawa. Apalagi jika yang ketinggalan itu adalah peralatan yang sifatnya vital bagi rombongan, contohnya P3K dan peralatan keselamatan.

Teman perjalanan yang kurang asyik
Tidak penting ke mana tujuannya, yang utama adalah dengan siapa kita melakukan perjalanan. Rumus baku itu jadi salah satu pedoman yang saya anut sebelum memutuskan pergi jalan-jalan.

Mending bepergian dengan sedikit kawan atau bahkan solo travelling dibanding menawarkan secara terbuka (misal di antara teman seangkatan di kampus, teman kantor, atau tetangga sekitar rumah) seandainya pilihan itu berisiko.

Mempersiapkan perjalanan dengan rombongan besar yang melibatkan banyak orang itu cukup repot.

Beberapa kali rencana jalan gagal karena terlalu lama di fase koordinasi. Terlalu matang dan akhirnya hangus. 

Penyesuaian waktu yang berlarut-larut, perbedaan prioritas daftar tujuan dan rute; adalah hal-hal yang dapat menggagalkan rencana liburan kita ke luar kota.

Jika pergi dalam rombongan, ada kemungkinan juga mendapat teman perjalanan yang kurang cocok sehingga kita jadi kurang happy.

Bentuknya bisa bermacam-macam. Misalnya: atasan yang terlalu jaim; mantannya pasangan kita; tetangga yang dengki; seseorang yang suka merusak suasana; yang terlalu pasif dan menjadi beban rombongan; atau yang terlalu mengatur dan mendominasi.

Permasalahan itu tidak terlalu terasa bagi mereka yang pandai menyesuaikan diri. Bagi sebagian yang lain, merupakan siksaan jika harus berada bersama-sama orang yang tidak cocok selama waktu tertentu dan dalam interaksi yang intens.

Teman perjalanan yang tidak asyik bisa juga kita temui di tengah perjalanan.

Dalam perjalanan ke Jogja menggunakan kereta api, rombongan kecil kami pernah mendapatkan "teman tak diundang" yang sangat kurang ajar. Ketika itu PT KAI belum dibenahi Ignasius Jonan, masih semrawut bak wild west di Amerika.

Seorang pedagang asongan yang kasar tidak henti-hentinya mondar-mandir, memaksa seorang teman wanita (hanya dia yang diincar) untuk membeli meskipun sudah kami tolak baik-baik. 

Sebelum akhirnya pergi, dia meraih sebotol air mineral di atas meja, meminumnya begitu saja, dan membuang sisanya ke luar jendela!

Kami lebih memilih diam menahan diri sambil tetap waspada. Kehilangan sebotol air bukan masalah; tetapi potensi keributan di lingkungan yang tidak kami kuasai harus diredam sekecil mungkin.

Destinasi tidak sesuai harapan
Tempat wisata yang overrated sepertinya lazim kita temui akhir-akhir ini. Fenomena itu bahkan sudah menjadi bahan olok-olokan netizen yang membuat aneka meme kocak nan menohok: kesenjangan antara tempat wisata yang diimpikan vs realitas yang ditemui.

Penyebab kesenjangan itu bisa beberapa hal. Promosi yang berlebihan dan ulasan para pelancong yang tidak akurat atau kedaluwarsa.

Contohnya, seorang travel blogger mengulas suatu tempat wisata yang indah dua tahun lalu. Tahun ini bisa saja keadaan sudah berubah 180 derajat.

Suatu ketika penulis pernah mendapat rekomendasi lokasi air terjun di daerah Puncak yang katanya bagus. 

Setelah bersusah payah ke sana, apa yang terlihat cuma seperti air selokan jatuh dari ketinggian saja. Airnya kurang jernih, banyak sampah, kurang tertata, dan sangat ramai. Apa yang mau dinikmati?

Faktor cuaca penting pula untuk diperhitungkan, terutama untuk destinasi wisata alam yang memerlukan aktivitas di luar ruangan.

Saat musim hujan sekarang yang bersamaan dengan libur Natal dan Tahun Baru, beberapa hal penting diantisipasi: hujan itu sendiri, banjir, jalan licin, hingga pemadaman listrik.

Hujan di beberapa tempat biasanya turun sore, jadi pagi dan siang hari masih bisa kita nikmati untuk jalan-jalan tanpa terganggu curahan air dari langit. Meskipun demikian, di beberapa daerah yang curah hujannya tinggi, hujan lebat bisa saja turun sejak pagi.

Uang atau perbekalan tidak cukup
Kawan saya pernah sengaja "menggelandang" dalam perjalanan ke kota-kota yang belum pernah ia kunjungi. Entah bagaimana caranya memperoleh makan dengan bekal minimum; tetapi untuk soal istirahat tampaknya bisa ia lakukan di kendaraan atau di stasiun.

Gaya travelling model itu cukup banyak penggemarnya terutama dari kalangan remaja atau pemuda. Bagi mereka, sensasi itu terletak pada kebersamaan dalam kondisi keterbatasan.

Tidak hanya di Indonesia, petualangan ala gipsi ini juga banyak peminatnya di kalangan orang barat. Fenomena turis asing yang kehabisan bekal beberapa kali sempat mencuat dan menjadi pemberitaan media nasional.

Tentunya gaya liburan morat-marit ini tidak cocok bagi mereka yang mengutamakan kenyamanan. Agak mirip dengan backpacker-an tapi tetap saja berbeda. Ada batas yang jelas antara hemat dengan nekat.

Mencari tumpangan (www.chestnuthilllocal.com).
Mencari tumpangan (www.chestnuthilllocal.com).
Berkaitan dengan hal itu, uang untuk bekal makan dan keperluan lain perlu dihitung cermat dan dilonggarkan sedikit. Lebih baik bersisa saat pulang daripada pas-pasan atau bahkan kurang.

Di daerah saya ada ungkapan "kalau-kalau menginjak anak ayam punya orang" untuk anggaran tak terduga ini. Melebihkan anggaran perjalanan itu ternyata sudah menjadi kearifan lokal dan masih relevan hingga kini.

Sakit di perjalanan
Memaksakan diri untuk bepergian saat tubuh kurang fit bukan merupakan keputusan yang bijaksana. Ada sekian alasan orang untuk melakukan hal itu, misalnya karena sudah janji atau karena harus menemani seseorang.

Bisa juga terjadi, tubuh sehat sebelum berangkat tetapi kemudian sakit di perjalanan.

Penyebabnya bisa bermacam-macam. Perubahan cuaca yang mendadak atau iklim yang tidak sama bisa membuat daya tahan tubuh rontok. Makan sembarangan juga jadi ancaman terjadinya kontaminasi bakteri penyebab sakit perut.

Memilih sopir kendaraan termasuk poin penting dan harus selektif. Selain pengalaman yang cukup, sopir harus cukup fit untuk membawa kita pergi dan pulang dalam keadaan selamat.

Beberapa insiden kecelakaan rombongan wisata biasanya ditengarai tiga hal ini: sopir yang kurang berpengalaman, tidak hapal medan, atau sopir mengantuk kelelahan.

Dalam keadaan sakit tidak banyak yang dapat kita nikmati, sefantastis apapun lokasinya atau senyaman apapun hotel dan kendaraannya.

Waktu yang terlalu sempit
Taruhlah semuanya oke. Badan segar bugar, uang melimpah, teman jalannya cocok, perlengkapan komplit, destinasinya juga bintang lima; tapi... bagaimana kalau waktunya singkat?

Reaksi orang pada umumnya biasanya begini: "Yahh sayang sekali cuma sebentar!" . Atau "Kita ke sini lagi ya liburan nanti...". Padahal di masa yang akan datang situasinya belum tentu sama.

Waktu yang cukup merupakan elemen penting agar perjalanan dan liburan kita happy dan berkesan. Petualangan yang seru dan memuaskan akan memberi energi positif dalam kehidupan dan aktivitas-aktivitas kita selanjutnya.

Bagaimanapun juga dari sekian banyak pengalaman perjalanan yang pernah kita lalui mungkin hanya beberapa saja yang betul-betul membekas di dalam hati. Seperti mutiara, momen itu biasanya langka.

Demikianlah beberapa hal yang penting dipersiapkan agar perjalanan kita sukses dan menyenangkan. Setelah semua siap, jangan lupa berdoa kepada Tuhan karena Dialah yang membuat keputusan terhadap apa-apa yang telah dan sedang kita rencanakan.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun