Mohon tunggu...
Telisik Data
Telisik Data Mohon Tunggu... Penulis - write like nobody will rate you

Fakta dan data otentik adalah oase di tengah padang tafsir | esdia81@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Travelling Anda Kurang Happy, 6 Hal Ini Bisa Jadi Penyebabnya

16 Desember 2019   04:14 Diperbarui: 16 Desember 2019   10:56 557
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi liburan impian| Sumber: Thinkstock via Kompas.com

Contohnya, seorang travel blogger mengulas suatu tempat wisata yang indah dua tahun lalu. Tahun ini bisa saja keadaan sudah berubah 180 derajat.

Suatu ketika penulis pernah mendapat rekomendasi lokasi air terjun di daerah Puncak yang katanya bagus. 

Setelah bersusah payah ke sana, apa yang terlihat cuma seperti air selokan jatuh dari ketinggian saja. Airnya kurang jernih, banyak sampah, kurang tertata, dan sangat ramai. Apa yang mau dinikmati?

Faktor cuaca penting pula untuk diperhitungkan, terutama untuk destinasi wisata alam yang memerlukan aktivitas di luar ruangan.

Saat musim hujan sekarang yang bersamaan dengan libur Natal dan Tahun Baru, beberapa hal penting diantisipasi: hujan itu sendiri, banjir, jalan licin, hingga pemadaman listrik.

Hujan di beberapa tempat biasanya turun sore, jadi pagi dan siang hari masih bisa kita nikmati untuk jalan-jalan tanpa terganggu curahan air dari langit. Meskipun demikian, di beberapa daerah yang curah hujannya tinggi, hujan lebat bisa saja turun sejak pagi.

Uang atau perbekalan tidak cukup
Kawan saya pernah sengaja "menggelandang" dalam perjalanan ke kota-kota yang belum pernah ia kunjungi. Entah bagaimana caranya memperoleh makan dengan bekal minimum; tetapi untuk soal istirahat tampaknya bisa ia lakukan di kendaraan atau di stasiun.

Gaya travelling model itu cukup banyak penggemarnya terutama dari kalangan remaja atau pemuda. Bagi mereka, sensasi itu terletak pada kebersamaan dalam kondisi keterbatasan.

Tidak hanya di Indonesia, petualangan ala gipsi ini juga banyak peminatnya di kalangan orang barat. Fenomena turis asing yang kehabisan bekal beberapa kali sempat mencuat dan menjadi pemberitaan media nasional.

Tentunya gaya liburan morat-marit ini tidak cocok bagi mereka yang mengutamakan kenyamanan. Agak mirip dengan backpacker-an tapi tetap saja berbeda. Ada batas yang jelas antara hemat dengan nekat.

Mencari tumpangan (www.chestnuthilllocal.com).
Mencari tumpangan (www.chestnuthilllocal.com).
Berkaitan dengan hal itu, uang untuk bekal makan dan keperluan lain perlu dihitung cermat dan dilonggarkan sedikit. Lebih baik bersisa saat pulang daripada pas-pasan atau bahkan kurang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun