Parameternya jelas, bendanya nyata. Anda butuh apa, yang seperti apa; bendanya bisa dilihat, kongkrit.
Tapi pendidikan dan kesehatan banyak bersinggungan dengan hal-hal yang abstrak. Setiap kasus memiliki keunikan dan spesifikasi khusus yang tidak mungkin digeneralisir.
Misalnya orangtua butuh solusi karena nilai anaknya  jelek. Tidak bisa langsung dijawab: "Anak Anda harus baca buku ini!" ; atau "Anak Anda harus belajar lebih rajin". Tidak bisa atau belum tentu begitu.
Bagaimana kalau masalahnya karena si anak tidak suka dengan lingkungan sekolah tempat ia belajar? Beda solusinya.
Demikian juga masalah kesehatan. Misal, seseorang mengeluh sakit kepala, butuh obat.
Meskipun deskripsi keluhannya jelas, dokter tetap memerlukan data obyektif pendukung untuk memberikan diagnosa yang tepat. Tekanan darah, pola makan, usia, aktivitas harian, dan lain-lain.
Perlu interaksi tatap muka sebab bisa saja pasien tidak jujur atau tidak mampu memberi penjelasan sesuai informasi yang dibutuhkan dokter. Berbekal info dan data yang tepat dokter dapat menulis resep yang tepat pula. Beda pasien bisa beda obat walaupun keluhannya sama.
Kalau sekadar meredakan, orang awam juga tahu jawabannya. Banyak obat sakit kepala dijual bebas di pasaran.
Secara khusus dalam kesempatan ini akan kita bahas bidang pendidikan saja, terutama pendidikan sekolah.
Dahulu jika siswa menemui kesukaran, mereka akan  bertanya atau berdiskusi sesama temannya. Yang ikut les bisa bertanya pada tutornya.
Sekarang kesukaran itu berkurang karena ada sumber belajar lain yang bisa diakses.