Mohon tunggu...
Telisik Data
Telisik Data Mohon Tunggu... Penulis - write like nobody will rate you

Fakta dan data otentik adalah oase di tengah padang tafsir | esdia81@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Santri Vs Kyai, "Sandiaga Juga Tahu Siapa yang Jadi Juaranya"

16 Maret 2019   12:55 Diperbarui: 16 Maret 2019   13:36 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sandiaga Uno mencium tangan K. H. Ma'ruf Amin (bali.tribunnews.com).

Label 'santri' yang dilekatkan Presiden PKS Sohibul Iman pada Sandiaga Uno adalah kekeliruan besar.

Sebulan berselang, label santri tersebut di-up grade lagi menjadi 'ulama'  oleh Hidayat Nur Wahid, Wakil Ketua Dewan Majelis Syuro PKS pada 17 September 2018. Langkah HNW semakin memperparah kekeliruan sebelumnya yang dilakukan Presiden PKS.

Mengapa keliru?

Karena label santri dan ulama tidak cocok untuk profil Sandi. Jika sejak awal framing yang dibentuk adalah sosok  Sandiaga  sebagai pengusaha muda dan muslim, maka itu lebih tepat dan tidak bertentangan dengan konsep diri Sandi. Landasan etimologis mungkin cukup aman  bagi pelabelan tersebut, tetapi aspek sosial budaya juga harus dipertimbangkan.

Dengan citra santri yang dipikulnya, tak ayal perilaku dan pendidikan Sandi kemudian menjadi sorotan. Sandi memang tidak pernah mengenyam pendidikan di sekolah Islam atau pesantren.

Kritik atas label santri menemukan  momentumnya ketika video Sandi melangkahi makam sesepuh Nahdhatul Ulama ketika berziarah tersebar. Selain itu beredar pula foto Sandi yang melayat almarhum mantan Kapolri Awaloedin Jamin dengan mengenakan pakaian jogging. Kedua peristiwa itu menjadi sasaran empuk serangan netizen pendukung Jokowi-Ma'ruf  

Walaupun demikian, PKS bukannya tanpa sebab berusaha membangun citra Islami pada diri Sandiaga Uno.

Langkah tersebut merupakan buah dari ambiguitas manuver Prabowo yang dilematis.

Di satu pihak Prabowo ingin meraup dukungan dari kelompok muslim pro Rizieq Shihab dan massa 212, di pihak lain mantan Danjen Kopassus ini harus pragmatis dalam urusan logistik partainya, Gerindra.

Dengan kondisi tersebut di atas mudah bagi kita memahami sebab musabab melekatnya label santri pada diri Sandi. Sandiaga Uno memang sulit memenuhi tuntutan etos santri karena tidak berasal dari kultur pesantren tetapi soal dana logistik Sandi lebih siap.

Kesulitan lain yang akan dihadapi Sandi sebagai santri adalah ketika harus berhadapan dengan K. H. Ma'ruf Amin pada debat Cawapres 17 Maret 2019 nanti.

Secara sosiologis kepesantrenan, di mana-mana santri selalu hormat dan berada dalam sub-ordinasi kyai.

Cawapres  Ma'ruf Amin  adalah sosok kyai betulan, bukan hasil pelabelan. Maka, menjadi tidak mudah bagi Cawapres 02 ketika harus berada dalam posisi konfrontatif dengan lawan debatnya nanti. Beban psikologis bukan hal mudah untuk diabaikan begitu saja, berbeda dengan penguasaan materi.

Kesulitan cawapres jagoannya sudah dipahami kubu BPN bahkan oleh warga pemilih secara umum. Tidak heran jika kemudian muncul tuntutan agar Ma'ruf Amin menanggalkan titel keulamaannya. Apabila melihat materi debat yang disajikan,  K. H. Ma'ruf Amin juga bukan lawan debat yang sepadan bagi Sandiaga yang cuma berbekal pengalaman singkat sebagai birokrat, Wagub DKI kurang dari setahun.

Tema pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, dan sosial budaya bukanlah materi yang asing bagi  KMA, inisial Cawapres 01. Sebagai mantan guru, sebagai dosen, mantan anggota dewan pertimbangan presiden serta puluhan jabatan lainnya, pengalaman dan pengetahuan KMA akan jauh mengatasi Sandiaga Uno.

Sesi Debat Cawapres besok mungkin tidak akan menjadi perdebatan yang sesungguhnya antara dua cawapres. Sandiaga tahu betul siapa sosok yang akan dihadapinya nanti sehingga bersikap elaboratif daripada beradu argumen akan menjadi pilihan yang bijak bagi dirinya.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun