Mohon tunggu...
dr Agung Budisatria MM
dr Agung Budisatria MM Mohon Tunggu... Dokter - Melayani dan membagikan untuk perubahan dan kemajuan bangsa

Melayani dan membagikan untuk perubahan dan kemajuan bangsa

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Kurs Rupiah Rp 14 Ribu, Ekonomi Kita Enggak Kiamat

22 Mei 2018   11:32 Diperbarui: 21 Juni 2018   09:14 2739
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: computer3333.tk

Jika kita merunut ke belakang, pemerintahan Jokowi ini mewarisi utang 2.608 triliun pada tahun 2014 dan bunganya Rp 200 an triliun per tahun dari pemerintah sebelumnya. Jadi dalam 5 tahun pemerintahannya presiden Jokowi mendapatkan warisan sekitar 3.400 triliun.

Jadi jika saat ini utang pemerintah tembus 4 ribu triliun, itu pun berupa utang investasi infrastruktur, artinya utang ini produktif, untuk kita panen di masa datang.

Ini bukan utang yang habis dibakar karena digunakan untuk subsidi BBM, seperti periode sebelumnya. Tetapi hutang yang produktif untuk masa depan.  Terkait dengan rasio utang kita juga masih relatif rendah karena masih 27% dari GDP, seperti yang diamanatkan APBN.

GDP rasio hutang Indonesia juga masuk terendah dari negara negara G 20, hanya kalah dari Rusia ( 12,6%). Yang terakhir bagaimana dengan pelemahan rupiah? Rupiah sempat menembus Rp 13.400, kemudian Rp 13.700 dan menembus Rp 14 ribu. Pelemahan Rupiah ini masih dianggap wajar, karena pergerakannya secara perlahan lahan.

Pelemahan Rupiah baru berbahaya jika turunnya secara drastis, misal tahun 2008, rupiah turun dari 9600 ke 12,000 atau saat tahun 2015 dari 11,000 ke 15,000.  Karena dalam jangka panjangpun,  Rupiah akan selalu melemah terhadap dolar.  Tentunya sangat berbeda jika dikaitkan dengan kondisi krisis moneter 1998, dimana instrumen ekonomi amburadul, dan kita belum memiliki lembaga independen yang membentengi moneter, seperti BI dan OJK seperti saat ini.

Sepanjang penurunan hanya berkisar 1-2% ini masih merupakan fluktuasi yang normal. Pelemahan Rupiah ini  lebih disebabkan oleh faktor eksternal, kenaikan suku bunga bank sentral di Amerika, banyak orang asing yang menjual saham di pasar modal. 

Satu bukti yang tidak bisa dibantah, Indonesia masuk dalam "Trillion Dollar Club" sejak tahun 2017.  Artinya Indonesia termasuk dalam 16 negara yang memiliki PDB diatas  USD 1 trilliun.  Karena sejak tahun 2017 PDB Indonesia sebesar Rp 13.588 Trilliun, dan akan terus bertambah ! Dan berdasarkan paritas daya beli/PPP  Indonesia menduduki peringkat 7.  Dengan cadangan devisa yang begitu besar ini, tentunya hanya fitnah tak beralasan yang mengatakan ekonomi kita kolap, diambang kehancuran.  Justru kita sedang menuju negara maju dengan optimisme tinggi.

Melihat instrumen ekonomi diatas menunjukkan bahwa kondisi fundamental ekonomi kita saat ini sangat bagus, cadangan devisa tinggi, tingkat inflasi rendah, GDP rasio hutang rendah.  Koreksi yang terjadi, lebih pada faktor eksternal, yang pada akhirnya akan kembali normal lagi.

Sama seperti koreksi yang terjadi pada pasar modal, di mana IHSG merosot sampai 5801, hal ini wajar mengingat IHSG sudah mencapai puncaknya beberapa bulan yang lalu, sehingga perlu cooling down.

dr Agung Budisatria, M.M.

Master of Management

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun