Penelitian terbaru mengungkapkan penemuan senyawa baru yang sebelumnya tidak diketahui dalam air minum yang mengandung kloramin. Kloramin anorganik sering digunakan sebagai desinfektan untuk melindungi kesehatan publik dari penyakit-penyakit seperti kolera dan demam tifoid. Di Amerika Serikat, lebih dari 113 juta orang diperkirakan mengonsumsi air yang telah dikelola dengan kloramin.
Tim peneliti dari Amerika Serikat dan Swiss berhasil mengidentifikasi anion kloronitramida, yang secara kimia ditulis sebagai Cl-N-NO2−, sebagai produk akhir dari dekomposisi kloramin anorganik. Meskipun tingkat toksisitasnya belum diketahui, kemiripannya dengan senyawa berbahaya lainnya menimbulkan kekhawatiran dan memerlukan penelitian lebih lanjut untuk menilai risiko kesehatan masyarakat yang mungkin ditimbulkannya.
Julian Fairey, profesor teknik sipil di Universitas Arkansas dan penulis utama studi ini, menjelaskan bahwa meskipun senyawa ini telah diketahui selama beberapa dekade, identifikasinya merupakan tantangan besar. Ia telah berusaha mengungkap misteri ini selama sepuluh tahun terakhir. "Ini adalah senyawa yang sangat stabil dengan berat molekul rendah dan sulit untuk ditemukan," ujarnya. Proses identifikasi termasuk sintesis senyawa di laboratoriumnya, yang belum pernah dilakukan sebelumnya, sebelum sampel dikirimkan untuk analisis lebih lanjut.
Dengan penemuan ini, tim peneliti mengakui bahwa akan ada pertanyaan penting mengenai potensi risiko kesehatan dari senyawa baru ini, yang belum pernah dievaluasi dalam studi toksisitas sebelumnya. Fairey mengungkapkan bahwa ada pengakuan luas bahwa desinfeksi air minum dapat menciptakan beberapa jenis toksisitas, dengan kemungkinan dampak jangka panjang, termasuk kanker, bagi sebagian orang yang mengonsumsi air tersebut selama bertahun-tahun. Penemuan kloronitramida anion menjadi langkah penting dalam mengidentifikasi senyawa-senyawa yang berkontribusi terhadap toksisitas ini.
Meskipun saat ini tidak jelas apakah kloronitramida anion terkait dengan kanker atau memiliki risiko kesehatan lainnya, penelitian lebih lanjut oleh akademisi dan lembaga regulasi, seperti Badan Perlindungan Lingkungan AS, akan dilakukan untuk mengevaluasi potensi bahaya yang ditimbulkan. Penemuan ini setidaknya membuka jalan untuk studi toksisitas yang dapat membantu dalam memahami bagaimana senyawa lain terbentuk, termasuk potensi racun.
Fairey menekankan bahwa menemukan senyawa ini dapat membantu mengungkap jalur reaksi yang menghasilkan toksin. Jika kita memahami cara pembentukan suatu senyawa, kita dapat mengontrol dan mengurangi keberadaannya dalam air minum.
Dalam studi ini, Fairey dan Laszakovits dibantu oleh beberapa penulis bersama, termasuk Huong Pham, Thien Do, Samuel Hodges, Kristopher McNeill, dan David Wahman. Mereka adalah mantan mahasiswa Ph.D. di Universitas Arkansas yang berkontribusi pada penelitian ini. Kerjasama antara institusi dan peneliti ini menunjukkan pentingnya kolaborasi lintas negara dalam mengatasi masalah kesehatan masyarakat yang kompleks.
Penemuan senyawa baru dalam air minum menyoroti ketidakpastian yang masih ada dalam kualitas air yang kita konsumsi. Dengan meningkatnya perhatian terhadap kesehatan publik, penelitian ini menekankan perlunya pemantauan dan pengujian lebih lanjut terhadap senyawa-senyawa yang mungkin berisiko, serta pengembangan strategi untuk mengurangi dampak negatif dari desinfektan air.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H