"Pelatihan terbaik lahir dari empati: ketika trainer berhenti mengajar materi dan mulai merancang pengalaman yang mengubah hidup."
Setiap kali saya mendapat undangan pelatihan, setiap kali itu pula saya siapkan sejumlah pertanyaan standar dan terstruktur. Orang HRD atau pimpinan, harus mengisi form itu. Ini penting, karena dengan mengisi form identifikasi kebutuhan training, saya punya gambaran yang cukup lengkap dengan kebutuhan terbesar atau mayoritas dari peserta pelatihan.
Namun ini saja tak cukup. Seringkali pula saya minta waktu untuk berbicara dengan pimpinan tertinggi di organisasi itu, sekitar 20 - 30 menit. Kemudian juga menggali kebutuhan mereka dari tim think tank dari pimpinan, sekitar 2 -3 orang. Lalu, dengan pimpinan HR-nya. Sekilas ini nampak repot diawal, namun ini penting. Justru pandangan helicopter look versi mereka ini yang nanti jadi bahan pembuatan disan pelatihannya.Â
Ini sengaja saya lakukan, karena dulu saat saya diawal-awal baru belajar jadi trainer, pernah tak berhasil. Betapa tidak, saya merasa udah menyiapkan materi training dengan matang, eh ini peserta tetap pulang tanpa perubahan berarti.Â
Sayangnya, kini saya lihat, masalah klasik di dunia pelatihan yang diselenggarakan provider training juga masih kerap terjadi. Bukan karena materinya buruk, melainkan karena desain pelatihan sering dibuat "satu ukuran untuk semua". Padahal, peserta datang dengan kebutuhan, tantangan, dan motivasi yang berbeda. Contoh lain, ada yang masih mengandalkan program pelatihan Service Excellent, padahal kini sudah tuntutannya sudah di level advocacy.
Atas dasar cerita diatas, di sinilah Design Thinking hadir sebagai pendekatan yang segar dan relevan. Seperti kata Tim Brown, CEO IDEO: "Design Thinking adalah pendekatan inovasi yang memanfaatkan kepekaan dan metode desainer untuk mencocokkan kebutuhan orang-orang dengan solusi yang relevan dan bernilai."
Dengan kata lain, Design Thinking membantu kita merancang program pelatihan yang benar-benar berpusat pada peserta. Yaitu yang lebih engaging, lebih relevan, dan lebih berdampak.
Apa Itu Design Thinking dalam Training & Development?
Design Thinking bukan teori rumit, melainkan mindset praktis. Intinya: kita belajar melihat pelatihan dari kacamata peserta, bukan dari asumsi trainer.
Melalui lima tahapannya - Empathize, Define, Ideate, Prototype, Test - trainer, coach, maupun praktisi HR bisa merancang pelatihan yang lebih tepat sasaran. Hasilnya, peserta merasa dipahami, terlibat aktif, dan lebih mudah mengaplikasikan pembelajaran.
Mengapa Penting untuk Dunia Training & Coaching?
Training bukan sekadar transfer pengetahuan. Kunci keberhasilan terletak pada apakah peserta bergerak dan berubah setelah sesi selesai.