Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Transformative Human Development Coach | Penulis 3 Buku

Agung MSG – 🌱 Transformative Human Development Coach ✨ Mendampingi profesional bertumbuh lewat self-leadership, komunikasi, dan menulis untuk reputasi. 📚 Penulis 3 buku dan 1.400+ artikel inspiratif di Kompasiana dengan konsistensi kualitas yang mendapat sorotan headline dan highlight. 💡 Penggagas HAI Edumain – filosofi belajar dan berkarya dengan hati, akal, dan ilmu. 📧 agungmsg@gmail.com | 🔗 bit.ly/blogagungmsg | 📱 @agungmsg | 📞 +62 813-2045-5598 🔖 #TransformativeCoach #LeadershipWriting #GrowWithAgung

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

Otak Pakar Kini Bisa Dicloning AI: Bermanfaat atau Berisiko?

17 September 2025   16:51 Diperbarui: 17 September 2025   16:51 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang pakar berhadapan dengan versi digital dirinya yang dihasilkan AI, simbolisasi produktivitas dan risiko teknologi. | blogs.idc.com

Sekilas, setidaknya ada 3 manfaat yang bisa diambil dari digital cloning ini:

1. Meningkatkan Produktivitas
Dengan digital clone, tugas rutin dapat diotomatisasi. Pakar dapat fokus pada pekerjaan strategis dan kreatif, sementara clone menangani eksekusi.

2. Menyebarkan Keahlian Lebih Luas
Keahlian seorang pakar kini bisa diakses banyak orang, kapan saja, di mana saja. Tidak ada batasan ruang dan waktu.

3. Mendukung UMKM dan Entrepreneur
Digital clone membantu bisnis kecil membuat strategi, konten pemasaran, dan keputusan bisnis yang biasanya memerlukan pengalaman bertahun-tahun. Hal ini membuka kesempatan merata bagi UMKM untuk bersaing di level yang lebih tinggi.

Risiko dan Tantangan: Ketika Teknologi Bisa Menjadi Pedang Bermata Dua

Dibalik manfaat nyata yang bisa didapat, digital cloning ini pun menyisakan risiko dan tantanan tersediri:

* Kualitas Clone Bergantung pada Data
Jika data yang dikumpulkan terbatas atau generik, clone hanya akan meniru permukaan, tanpa insight mendalam. Karena itu, butuh ukuran data dan jumlah data yang besar untuk diproses lebih lanjut sebagai bahan baku bagi data yang diinginkan.

* Masalah Etika dan Privasi
Menggunakan digital clone tanpa izin pakar, tentu membuka dan menimbulkan risiko hukum dan etika. Data pribadi dan gaya berpikir seseorang bisa menjadi komoditas, yang bisa disalahgunakan.

* Ketergantungan Berlebihan pada AI
Bila user terlalu bergantung pada clone, ini tentu dapat mengurangi keterlibatan manusia. Juga bisa menurunkan kreativitas, dan melemahkan kemampuan pengambilan keputusan original. Risiko "digital laziness" akan terjadi di depan mata dan menjadi nyata.

Perspektif Strategis: Mengelola Digital Clone dengan Bijak

Untuk memanfaatkan digital cloning secara maksimal, individu dan organisasi harus menerapkan strategi berikut:
* Pemilihan Data Berkualitas: Pastikan input data representatif, benar, valid, mendalam dan terverifikasi.
* Kontrol Etika dan Legalitas: Dapatkan izin pakar, dan tetapkan regulasi internal. Ini penting dan perlu ada regulasi khusus untuk mencegah pelanggaran hak cipta atau menggantikan manusia.
* Pengawasan Manusia: Gunakan clone sebagai alat bantu, bukan pengganti.

Masa depan digital cloning menjanjikan revolusi produktivitas, pembelajaran, dan inovasi. Namun, kesadaran akan risiko dan pengelolaan bijak menjadi kunci agar teknologi ini memberdayakan, bukan malah merugikan.

Apa yang Bisa Menggugah Kita di Masa Depan?

Digital cloning dan agentic AI membuka pintu baru bagi produktivitas, distribusi pengetahuan, dan inovasi. Namun, tanpa pengelolaan bijak, teknologi ini bisa menjadi pedang bermata dua. Pilihan ada di tangan kita. Memanfaatkan AI untuk memperkuat kemampuan manusia, atau membiarkan ketergantungan teknologi menenggelamkan kreativitas dan nilai manusiawi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun