Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Insan Pembelajar

Agung MSG - Trainer Transformatif | Human Development Coach | Penulis Buku - Saya adalah seorang trainer inspiratif dan coach pengembangan diri dengan pengalaman lebih dari 25 tahun dalam membentuk karakter, memberdayakan SDM, dan memfasilitasi pembelajaran transformatif di berbagai kementerian, perusahaan, universitas, hingga komunitas lintas negara. Lebih dari 200 sesi pelatihan telah saya pimpin, dengan fokus pada leadership, problem solving, komunikasi efektif, serta pengembangan mindset unggul. Saya juga menggagas pendekatan Trainerpreneur—sebuah gerakan untuk menginspirasi trainer lokal agar mampu berdampak secara global. Sebagai penulis, saya telah menerbitkan tiga buku: * Be A Rich Man (2004) * Retail Risk Management in Detail (2010) * The Prophet’s Natural Curative Secret (2022) Saat ini saya aktif sebagai wiraswastawan sosial lintas negara (termasuk di Arab Saudi, Ghana, Kamboja, Qatar, dan Thailand), serta berperan sebagai konsultan pengembangan SDM dan future skills, microlearning specialist, dan pengembang persona learning berbasis Generative AI untuk mendukung pembelajaran digital yang dipersonalisasi dan coaching generatif. Saya juga terlibat dalam review materi visual edukatif (e-flyer) dan mendampingi berbagai institusi dalam membangun budaya transformasi manajemen yang berkelanjutan. Filosofi hidup saya sederhana—mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. Nilai-nilai ini saya upayakan hadir dalam karya, pelatihan, dan interaksi sehari-hari. 📧 Email: agungmsg@gmail.com 📱 Instagram: @agungmsg 🔖 Tagar: #haiedumain | #inspirasihati

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Menggeser Paradigma BC dari 'Revovery Plan' Menjadi 'Strategic Resilience'

13 Juni 2025   06:03 Diperbarui: 12 Juni 2025   13:26 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Resiliensi adalah ketegasan bertindak dalam badai, bukan menunggu langit cerah.|Foto: AFM

"Ketahanan sejati lahir dari kejelian dan kepekaan membaca krisis sebagai panggilan untuk bertindak cepat, terbuka, dan berani menjaga komitmen strategis. Caranya: ‘Pikirkan apa yang tak terpikirkan!’”

Era ketidakpastian global rasanya terus meningkat. Ini nampak jelas “dimulai” saat pandemi tejadi. Kemudian terjadi gangguan rantai pasok, serangan siber, perubahan iklim, dan kian “dibabat” habis oleh AI. Mau tidak mau, siap atau pun tidak siap, organisasi modern dituntut untuk membangun ketahanan yang lebih dari sekadar bisa pulih dari disrupsi dan bencana.

Di sinilah letak urgensi perubahan paradigma Business Continuity (BC). Saatnya kita menggeser mindset dari pendekatan sempit berupa "recovery plan" menuju kerangka berpikir yang lebih luas, yakni "strategic resilience".

Sebagai pemerhati Business Continuity Management (BCM), dan praktisi di Crisis Management Response Team di Perusahaan publik, saya masih suka heran melihat para profesional Risk Management dalam berpraktik. Saya masih menemukan bahwa sebagian besar pelatihan dan implementasi BCM di lapangan masih berputar pada fase pemulihan operasional teknis. Padahal, inti dari BC bukan hanya memulihkan sistem, tetapi menjamin kelangsungan misi dan nilai organisasi secara utuh.

Mengapa Perlu Pergeseran Paradigma?

BC bukan tentang "bagaimana kita bangkit setelah jatuh" semata, melainkan juga "bagaimana kita tetap berdiri ketika badai datang". Inilah yang membedakan recovery plan dari strategic resilience.

Recovery plan hanya menjawab pertanyaan: "Bagaimana kita melanjutkan operasional setelah insiden?"

Sementara strategic resilience bertanya lebih jauh: "Apa misi organisasi yang harus terus hidup - dalam kondisi apa pun? Dan bagaimana kita membangun kapabilitas lintas sistem untuk menjaganya?"

Perusahaan yang hanya berfokus pada pemulihan teknis sering kali lupa pada hal-hal esensial. Mereka lupa bahwa reputasi, kepercayaan pelanggan, dan keutuhan nilai strategis tak selalu bisa dipulihkan dengan sekadar restart sistem atau back-up data. Ketahanan strategis harus tertanam dalam DNA organisasi. Mulai dari level operasional, sistem pendukung, hingga mindset seluruh karyawannya di semua level. Hal strategis, taktis dan teknis, harus diberikan sesuai level jabatan, jenjang dan rentang kendalinya di organisasi.

Pilar Ketahanan Strategis: Lebih dari Sekadar IT dan Fasilitas

Dalam pendekatan strategic resilience, terdapat setidaknya lima pilar utama yang menjadi fokus:

1. Kepemimpinan yang resilien. Pemimpin yang mampu membuat keputusan dalam ambiguitas dan tetap menjaga moral tim di tengah tekanan.
2. Ketahanan budaya organisasi. Budaya yang adaptif dan agile, bukan hanya patuh prosedur. Inilah fondasi kesiapan psikologis dan kolektif. Ada banyak kasus terjadi, karena calon karyawan baru hingga pimpinan departemen direkrut, namun tidak melalui proses culture fit yang baik, ketat, memadai, dan efektif.
3. Manajemen risiko terintegrasi. Risk awareness bukan hanya milik departemen tertentu, tapi menjadi kesadaran kolektif dalam pengambilan keputusan. Departemen CMRT (Crisis Management Response Team) misalnya, harus secara aktif menyampaikan program dan membahas hal-hal sensitive yang berpotensi terjadi di masa yang akan datang.
4. Komunikasi krisis yang taktis dan etis. Mampu mengelola narasi publik secara transparan, menjaga kepercayaan tanpa panik atau menutup-nutupi. Kerjasama dengan Public Relation, Customer Relation, Industrial Relation dan para Dept Head, haruslah lekat, intens dan harmonis.
5. Konektivitas stakeholder dan rantai nilai. Tidak hanya memikirkan internal, tapi bagaimana menjaga sinergi dengan mitra kunci, pemasok, dan komunitas.

Studi Kasus: Ketahanan Bukan Soal Dana, Tapi Cara Pandang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun