"Menulis adalah cara hati berbicara, jiwa berdoa, dan cinta abadi yang tak lekang oleh waktu. Dari pena yang sederhana, lahirlah keabadian."
Ada kalanya jari-jariku enggan menari di atas papan ketik. Kata-kata yang biasanya mengalir laksana sungai yang deras, kini tersendat seperti air yang terjebak di celah batu. Aku bosan menulis.
Kebosanan ini bukan tentang kehilangan cinta pada kata-kata, bukan pula tentang lelah merangkai makna. Ini adalah tentang jiwa yang merindukan jeda, tentang hati yang ingin merasakan hening dan melepaskan beban pikiran yang terus berputar.
Ketika kejenuhan melanda, aku membuka obrolan-obrolan ringan di grup WhatsApp. Sekadar tertawa atau berbagi cerita ringan. Namun, tak juga kutemukan kehangatan yang kucari. Aku berpindah ke Instagram, menelusuri feed yang penuh warna dan kisah. Namun, inspirasi tak juga hinggap di hatiku.
Kulayangkan pandangan ke berita-berita yang berderet di portal daring. Klasemen korupsi yang tak kunjung reda, pejabat yang ditangkap, fiskal yang "berpuasa", dan deretan kisah duka yang terus bergulir. Ah, dunia ini memang penuh luka. Tapi, bukan di sini aku akan menemukan cahaya.
Hari Sabtu. Hari di mana aku melepaskan penat dengan menyiram kebun, menyiangi rumput liar, dan memindahkan bunga kesayangan. Kubuka jendela, hujan sejak siang tadi terus membasahi bumi. Butir-butir air menari di ujung daun, menghadirkan kesegaran dan kesejukan.
Lalu, mengapa aku mencari inspirasi di luar sana, jika sumber inspirasi sejati telah lama menanti di sudut hatiku? Mengapa aku sibuk menatap layar, sementara firman yang mulia tergeletak sepi di rak buku?
Kini, kubuka lembaran-lembaran firman yang mulia. Setiap huruf, setiap kalimat, menyentuh relung jiwaku yang kering. Di sini, kutemukan ketenangan yang hakiki. Di sini, kutemukan cinta yang abadi.
Bukankah hati yang tenang adalah sumber kreativitas yang paling murni? Bukankah inspirasi sejati lahir dari jiwa yang berserah pada Sang Pencipta?
Aku menyadari, kebosanan ini bukanlah kutukan, melainkan panggilan. Panggilan untuk kembali kepada sang diri, kembali kepada-Nya. Karena dalam setiap huruf yang Dia turunkan, tersimpan lautan inspirasi yang tak pernah kering.